Al-Baqarah ayat 230

15.33 Add Comment
Al-Baqarah ayat 230
“Kemudian jika si suami mentalaknya (talak yang ketiga), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya, sampai dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan istri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, siterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui”.
Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Muqatil bin Hibban: Bahwa turunnya ayat ini (Al-Baqarah : 230) berkenaaan dengan pengaduan ‘Aisyah binti Abdurrahman bin ‘Atik kepada Rasulullah Saw bahwa ia telah ditalak oleh suaminya yang kedua (Abdurrahman bin Zubair Al-Quradzi) dan akan kembali kepada suaminya yang pertama (Rifa’ah bin Wahab bin ‘Atik) yang telah mentalak “bain” kepadanya. ‘Aisyah berkata: “Abdurrahman bin Zubair telah mentalak saya sebelum menggauli. Apakah saya boleh kembali kepada suami saya yang pertama?” Nabi menjawab: “Tidak, kecuali kamu telah digauli suamimu yang kedua”.
Kejadian ini membenarkan seorang suami yang telah mentalak “bain” istrinya, mengawini kembali istrinya itu setelah istrinya itu digauli dan dicerai oleh suaminya yang kedua.

Al-Baqarah ayat 229

15.31 Add Comment
Al-Baqarah ayat 229
“Talak (yang dapat dirujuki) itu dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang dhalim”.
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Al-Hakim dan yang lainnya yang bersumber dari ‘Aisyah: Bahwa seorang laki-laki mentalak istrinya sekehendak hatinya. Menurut anggapannya selama rujuk itu dilakukan dalam masa iddah, wanita itu tetap istrinya, walaupun sudah seratus kali ditalak ataupun lebih. Laki-laki itu berkata: “Demmi Allah, aku tidak akan mentalakmu, dan kau tetap berdiri di sampingku sebagai istriku, dan aku tidak akan menggaulimu sama sekali”. Istrinya berkata: “Apa yang kau lakukan?” Suaminya menjawab: “Aku menceraimu, kemudian apabila akan habis masa iddahmu, aku akan rujuk lagi”. Maka menghadaplah wanita itu kepada Rasulullah Saw untuk menceritakan hal itu. Rasulullah Saw terdiam, hingga turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 229) sampai kata “bi ihsan”.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam kitab nasikh-mansukh, yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa seorang laki-laki makan harta benda istrinya dari maskawin yang ia berikan waktu kawin dan harta lainnya. Ia menganggap bahwa perbuatannya itu tidak berdosa. Maka turunlah ayat “Wala yahillu lakum an ta’khudzu….” sampai akhir ayat (Al-Baqarah : 229) yang melarang merampas hak istrinya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Juraij: Bahwa turunnya ayat “wala yahillu lakum…” sampai akhir ayat, berkenaan dengan Habibah yang mengadu kepada Rasulullah Saw tentang suaminya yang bernama Tsabit bin Qais. Rasulullah Saw bersabda: “Apakah engkau sanggup memberikan kembali kebunnnya?”. Ia menjawab: “Ya”. Kemudian Rasulullah Saw memanggil Qais, menerangkan pengaduan istrinya dan akan dikembalikan kebunnya. Maka berkatalah Qais: “Apakah halal kebun itu bagiku?”. Jawab Nabi: “Ya”. Ia berkata: “Saya pun menerima”.
Kejadian ini membenarkan seorang suami menerima kembali mas kawin yang dikembalikan istrinya sebagai tanda sahnya si istri memutuskan hubungan perkawinan.

Al-Baqarah ayat 228

16.03 Add Comment
Al-Baqarah ayat 228
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang dijadikan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari Akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Asma binti Yazid bin As-Sakan: Bahwa Asma binti Yazid As-Sakan Al-Anshariyyah berkata mengenai turunnya ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 228) sebagai berikut: “Aku ditalak oleh suamiku di zaman Rasulullah Saw disaat belum ada hukum ‘iddah bagi wanita yang ditalak, maka Allah menetapkan hukum ‘iddah bagi wanita yaitu menunggu setelah bersuci dari tiga kali haid”.
Diriwayatkan oleh At-Tsa’labi dan Hibatullah bin Salamah dalam kitab An-Nasikh yang bersumber dari Al-Kalbi yang bersumber dari Muqatil: Bahwa Ismail bin Abdillah Al-Ghaifari menceraikan istrinya Qathilah di zaman Rasulullah Saw, Ia sendiri tidak mengetahui bahwa istrinya itu hamil. Setelah ia mengetahuinya, ia rujuk kepada istrinya. Istrinya melahirkan dan meninggal, demikian juga bayinya. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 228) yang menegaskan betapa pentingnya masa iddah bagi wanita, untuk mengetahui hamil tidaknya istri.

Al-Baqarah ayat 224

16.02 Add Comment
Al-Baqarah ayat 224
“Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertaqwa dan mengadakan ishlah di antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Juraij: Bahwa ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 224) diturunkan berkenaan dengan sumpahnya Abu Bakar untuk tidak akan memberi belanja lagi kepada Misthah, karena ia ikut serta memfitnah ‘Aisyah. Ayat tersebut sebagai teguran agar sumpah itu tidak menghalangi seseorang untuk berbuat kebaikan.

Al-Baqarah ayat 223

16.02 Add Comment
Al-Baqarah ayat 223
“Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal-amal yang baik) untuk dirimu, bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman”.
Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi yang bersumber dari Jabir: Bahwa orang-orang Yahudi beranggapan apabila menggauli istrinya dari belakang ke farjinya, anaknya akan lahir bermata juling. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 223) yang membantah anggapan tersebut di atas.
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa Umar datang menghadap kepada Rasulullah Saw dan berkata: “Ya Rasulallah, Celakalah saya!” Nabi bertanya: “Apa yang menyebabkab kamu celaka?” Ia menjawab: “Aku dipindahkan sukdufku tadi malam (berjima’ dengan istriku dari belakang)”. Nabi Saw terdiam, dan turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 223) yang kemudian beliau sambung: “Berbuatlah dari muka ataupun dari belakang, tetapi hindarkanlah dubur (anus) dan yang sedang haid”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Abu Ya’la dan Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Zaid bin Aslam, dari ‘Atha bin Yasar yang bersumber dari Abi Sa’id Al-Khudri. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Ibnu Umar seperti ini: Bahwa orang-orang pada waktu itu menganggap mungkar kepada seseorang yang menggauli istrinya dari belakang. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 223) yang menyalahkan sikap dan anggapan tersebut.
Diriwayatkan oleh At-Thabarani dalam kitab Al-Ausath dengan sanad yang kuat yang bersumber dari Ibnu Umar: Bahwa turunnya ayat tersebut di atas (Al_baqarah : 223) sebagai pemberian kelonggaran menggauli istri dari belakang.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Al-Hakim yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa penghubi kampung di sekitar Yatsrib (Madinah), tadinya menyembah berhala yang berdampingan dengan kaum Yahudi ahli kitab. Mereka menganggap bahwa kaum Yahudi terhormat dan berilmu, sehingga mereka banyak meniru dan menganggap baik segala perbuatannya. Salah satu perbuatannya yang dianggap baik oleh mereka adalah tidak menggauli istrinya dari belakang.
Adapun penduduk kampung sekitar Quraisy (Mekah) menggauli istrinya dengan segala keleluasaannya, ketika kaum Muhajirin (orang Mekah) tiba di Madinah, salah seorang dari mereka kawin dengan seorang wanita Anshar (orang Madinah). Ia berbuat seperti kebiasaannya, tetapi ditolak oleh istrinya dengan berkata: “Kebiasaan orang sini, hanya menggauli istrinya dari muka”. kejadian ini akhirnya sampai kepada Nabi Saw sehingga turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 223) yang membolehkan menggauli istrinya dari depan, belakang atau telentang, tetapi di tempat yang lazim.
Keterangan:
Menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Syarah Bukhari, bahwa sebab turunnya ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 223) yang dikenukakan oleh Abi Sa’id, mungkin tidak sampai kepada Ibnu Abbas, sehingga ia meragukannya. Sedang yang dikemukakan oleh Ibnu Umar sanadnya sampai kepada Ibnu Abbas dan Masyhur (terkenal sanadnya).

Al-Baqarah ayat 222

13.08 Add Comment
Al-Baqarah ayat 222
Mereka bertanya kepadamu tentang haid, katakanlah: “Haid itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita diwaktu haid; janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Bila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.
Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi yang bersumber dari Anas: Bahwa orang-orang Yahudi tidak mau makan bersama-sama ataupun mencampuri istrinya yang sedang haid, bahkan mengasingkan dari rumahnya. Para sahabat bertanya kepada Nabi Saw tentang hal itu. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 222). Bersabdalah Nabi Saw : “Berbuatlah apa yang pantas dilakukan dalam pergaulan suami istri, kecuali jima'”.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Barudi yang bersumber dari Ibnu Ishak, dari Muhammad bin Abi Muhammad, dari ‘Ikrimah atau Sa’id yang bersumber dari Ibnu Abbas, dikatakan bahwa yang bertanya itu ialah Tsabit bin Ad-Dahdah. Dan menurut riwayat Ibnu Jarir yang bersumber dari As-Suddi, dikemukakan seperti itu juga.

Al-Baqarah ayat 221

13.08 2 Comments
Al-Baqarah ayat 221
“Janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman, sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman, sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir, Ibnu Abi Hatim dan Al-Wahidi yang bersumber dari Muqatil: Bahwa turunnya ayat “Wala tankihul musyrikati hatta yu’minna” (Al-Baqaarah : 221) sebagai petunjuk atas permohonan Ibnu Abi Murtsid Al-Ghanawi yang meminta izin kepada Rasulullah Saw untuk menikah dengan seorang wanita musyrik yang cantik dan terpandang.
Diriwayatkan oleh Al-Wahidi dari As-Suddi dari Abi Malik yang bersumber dari Ibnu Abbas, dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari As-Suddi (Haditsnya munqathi’) : Bahwa kelanjutan ayat tersebut diatas, dari mulai “wala amatun mu’minatun khairun….” sampai akhir ayat (Al-Baqarah : 221), berkenaan dengan Abdullah bin Rawahah yang mempunyai seorang hamba sahaya wanita (amat) yang hitam. Pada suatu waktu ia marah kepadanya, sampai menamparnya. Ia sesali kejadian itu, lalu menghadap Nabi Saw untuk menceritakan hal itu: “Saya akan memerdekakan dia dan menikahinya”. Lalu ia laksanakan. Orang-orang pada waktu itu mencela dan mengejeknya atas perbuatan itu. Ayat tersebut diatas menegaskan bahwa menikah dengan seorang hamba sahaya Muslimah lebih baik daripada menikah dengan wanita musyrik.

Al-Baqarah ayat 219

13.07 Add Comment


“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ‘Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya’. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan’. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”. (Al Baqarah : 219)

Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dari Sa’id atau Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa segolongan sahabat ketika diperintahkan untuk membelanjakan hartanya di jalan Allah, datang menghadap kepada Rasulullah Saw dan berkata: “Kami tidak mengetahui perintah infaq yang bagaimana dan harta yang mana yang harus kami keluarkan itu”. Maka Allah menurunkan ayat “Wayas alunaka madza yunfikun, qulil’afwa” yang menegaskan bahwa yang harus dikeluarkan nafkahnya itu ialah selebihnya dari hidup sehari-hari.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Yahya: Bahwa Mu’adz bin Jabal dan Tsa’labah menghadap kepada Rasulullah Saw dan bertanya: “Ya Rasulallah, kami mempunyai banyak hamba sahaya (abid) dan banyak pula anggota keluarga. Harta yang mana yang harus kami keluarkan untuk infaq?”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 219) yaitu “Wayas alunaka madza yunfiqun, qulil’afwa”.

Al-Baqarah ayat 220

12.24 Add Comment
Al-Baqarah ayat 220
“(Berfikir) tentang dunia dan akhirat, dan mereka bertanya kepadamu tentang anak-anak yatim, katakanlah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu. Dan Allah Mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, An-Nasai, Al-Hakim dan lain-lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa ketika turun ayat “Wala taqrabu malal yatimi illa billati hiya ahsanu” (Al-An’am : 152) dan ayat “Innalladzina ya’kuluna amwalal yatama dhulman”, sampai akhir ayat (An-Nisa : 10), orang yang memelihara anak yatim memisahkan makanan dan minumannya dari makanan dan minuman anak-anak yatim itu. Begitu juga sisanya dibiarkan membusuk kalau tidak dihabiskan oleh anak-anak yatim itu. Hal tersebut memberatkan mereka. Lalu mereka menghadap Rasulullah Saw untuk menceritakan hal itu. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 220) yang membenarkan menggunakan cara lain yang lebih baik.

Al-Baqarah ayat 217 - 218

20.16 Add Comment


“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang pada bulan Haram itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka amal mereka menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Al Baqarah : 217)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Baqarah : 218)

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, At-Thabrani dalam kitab Al-Kabir, Al-Baihaki dalam sunannya yang bersunber dari Jundub bin Abdillah: Bahwa Rasulullah Saw mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Abdullah bin Jahsy. Mereka berpapasan dan bertempur dengan pasukan musuh yang dipimpin oleh Ibnul Hadlrami, dan terbunuhlah kepala pasukan musuh. Sebenarnya pada waktu itu tidak jelas bagi pasukan Abdullah bin Jarsy, apakah termasuk bulan Rajab, Jumadil Awal, atau Jumadil Akhir. Kaum Musyrikin menghembus-hembuskan berita bahwa Kaum Muslimin melakukan pertempuran pada bulan Haram. Maka Allah turunkan ayat tersebut (Al-Baqarah : 217).
Kaum Muslimin yang ada di Madinah berkata: “Perbuatan mereka bertempur dengan pasukan Ibnul Hadlrami ini mungkin tidak berdosa, tetapi juga tidak akan mendapat pahala”. Maka Allah menurunkan ayat selanjutnya (Al Baqarah : 218).

Al-Baqarah ayat 214

20.15 Add Comment

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan), sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Al Baqarah : 214)

Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dari Ma’mar yang bersumber dari Qatadah: Bahwa turunnya ayat tersebut bersangkutan dengan peristiwa Ahzab. Ketika itu Nabi Saw mendapat berbagai kesulitan yang sangat hebat dan kepungan musuh yang sangat ketat. Ayat ini menunjukkan bahwa perjuangan itu meminta pengorbanan.

Al-Baqarah ayat 215

20.15 Add Comment
Al-Baqarah ayat 215
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan  kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan”. Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Mengetahuinya.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Juraij: Bahwa kaum muslimin bertanya kepada Rasulullah Saw: “Dimana kami tabungkan (infakkan) harta benda kami, ya Rasulallah?”. Sebagai jawabannya turunlah ayat ini (Al-Baqarah : 215).
Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Abi Hayyan: Bahwa Umar bin Al-Jamuh bertanya kepada Nabi Saw: “Apa yang mesti kami infakkan, dan kepada siapa diberikannya?'”. Sebagai jawabannya turunlah ayat tersebut (Al-Baqarah : 215).

Al-Baqarah ayat 208

03.48 1 Comment
Al-Baqarah ayat 208
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Ikrimah: Bahwa ada sekelompok kaum Yahudi menghadap kepada Rasulullah Saw hendak beriman, dan meminta agar dibiarkan merayakan hari sabtu, dan mengamalkan Kitab Taurat pada malam hari. Mereka menganggap bahwa hari sabtu merupakan hari yang harus dimuliakan, dan kitab Taurat adalah Kitab yang diturunkan oleh Allah juga. Maka turunlah ayat tersebut diatas (Al-Baqarah : 208), untuk tidak mencampur baurkan agama.
Adapun yang menghadap itu ialah: Abdullah bin Salam, Tsa’labah, Ibnu Yamin, Asad dan Usaid bin Ka’b, Sa’id bin ‘Amr, dan Qais bin Zaid.

Al-Baqarah ayat 207

03.46 Add Comment
Al-Baqarah ayat 207
Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”.
Diriwayatkan oleh Al-Harts bin Abi Usamah dalam musnadnya, dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Said bin Al-Musayyab;
Diriwayatkan pula oleh Al-Hakim dalam Mustadraknya dari Ibnul Musayyab yang bersumber dari Shuhaib. Hadits ini maushul;
Diriwayatkan pula oleh Al-Hakim yang bersumber dari ‘Ikrimah. Hadits ini Mursal;
Diriwayatkan pula oleh Al-Hakim dari Hamad bin Salamah, dari Tsabit yang bersumber dari Anas. Dalam hadits ini lebih dijelaskan lagi turunnya ayat, dan dinyatakan bahwa Hadits ini shahih menurut syarat Muslim;
Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir, yang bersumber dari Ikrimah, dan dinyatakan bahwa turunnya ayat ini tentang Shuhaib. Abi Dzar dan Jundub Ibnussakan, seorang keluarga Abi Dzar:
Bahwa ketika Shuhaib hijrah ke Madinah mengikuti Nabi Saw dikejar oleh sepasukan kaum Quraisy. Ia turun dari kendaraannya dengan siap panah di tangannya, dan berkata: “Wahai kaum Quraisy, kalian semua tahu, akulah pemanah ulung. Demi Allah, kalian tidak akan sampai kepadaku selagi panah dan pedang ada di tanganku. Sekarang pilihlah satu diantara dua: Kalian mati terbunuh atau memiliki harta bendaku yang ada di Mekah, dengan membiarkan aku pergi hijrah ke Madinah”. Mereka memilih harta dan membiarkan Shuhaib pergi.
Sesampainya di hadapan Nabi Saw ia ceritakan apa yang telah terjadi. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 207), dan Nabi pun bersabda: “Untung perdaganganmu itu, hai Aba Yahya. Engkau telah beruntung ya Aba Yahya”.

Al-Baqarah ayat 204

03.44 Add Comment
Al-Baqarah ayat 204
“Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (Atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa ketika pasukan Kaum Muslimin (diantaranya terdapat ‘Ashim dan Murtsid) terdesak, berkatalah dua orang kaum munafik: “Celakalah mereka yang terpedaya oleh ajakan Muhammad sehingga terbunuh yang akibatnya tidak merasakan hidup tentram lagi bersama keluarganya, ataupun melanjutkan tuntunan ajaran agamanya”. Maka Allah menurunkan ayat tersebut (Al-Baqarah : 204) sebagai peringatan kepada kaum Muslimin agar tidak tertarik oleh bujukan manis, dan kehidupan keduniaan.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari As-Suddi: Bahwa Al-Akhnas bin Syariq (Seorang anggota komplotan Zukhra yang memusuhi Rasulullah), datang kepada Nabi Saw mengutarakan maksudnya untuk masuk Islam dengan bahasa yang sangat menarik sehingga Nabi sendiri mengaguminya. Dikala pulang dari Rasulullah, ia melewati kebun dan ternak kaum Muslimin. Ia bakar tanamannya dan bunuh ternak-ternaknya. Maka turunlah ayat tersebut diatas (Surat Al-Baqarah : 204) mengingatkan kaum Muslimin akan bahaya tipu daya mulut manis.

Al-Baqarah ayat 200 dan 202

03.42 Add Comment
Al-Baqarah ayat 200 dan 202
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka diantara manusia ada orang yang mendo’a: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”. Dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.” (Surat Al-Baqarah: 200).
“Dan diantara mereka ada orang yang mendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya”. (Surat Al-Baqarah: 202)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa orang-orang JAhiliyyah wuquf di musim pasar. Sebagian dari mereka selalu membangga-banggakan nenek moyangnya yang telah membagi-bagi makanan, meringankan beban, serta membayarkan diat (denda orang lain). Dengan kata lain, di saat wuquf itu, mereka menyebut-nyebut apa yang pernah dilakukan oleh nenek moyangnya. Maka turunlah surat Al-Baqarah ayat 200 diatas sampai asyadda dzikra sebagai petunjuk apa yang harus dilakukan disaat wuquf.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid: Bahwa orang-orang di masa itu apabila telah melakukan manasik, berdiri di sisi jumrah menyebut-nyebut jasa nenek moyang di zaman Jahiliyyah. Maka turunlah ayat diatas (Al-Baqarah ayat 200) sebagai petunjuk apa yang harus dilakukan di sisi jumrah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa salah satu suku Arab sesampainya ke tempat wuquf berdoa: “Ya Allah, semoga Allah menjadikan tahun ini tahun yang banyak hujannya, tahun makmur yang membawa kemajuan dan kebaikan”. Mereka tidak menyebut-nyebut urusan akhirat sama sekali. Maka Allah menurunkan ayat tersebut diatas sampai akhir ayat (Al-Baqarah ayat 200), sebagai petunjuk bagaimana seharusnya berdo’a. Setelah itu Kaum Muslimin berdoa sesuai dengan petunjuk dalam Al-Qur’an (Al-Baqarah ayat 201), yang kemudian ditegaskan oleh Allah SWT dengan firman-Nya ayat berikutnya (Al-Baqarah ayat 202).

Al-Baqarah ayat 199

03.42 Add Comment
Al-Baqarah ayat 199
“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa orang-orang Arab wuquf di Arafah, sedang orang-orang Quraisy wuquf di lembahnya (Muzdalifah), maka turunlah ayat tersebut di atas (Surat Al-Baqarah: 199) yang mengharuskan wuquf di Arafah.
Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Asma binti Abi Bakar: Bahwa orang-orang Quraisy wuquf di daratan rendah Muzdalifah, dan selain orang Quraisy, wuquf di dataran tinggi Arafah kecuali Syaibah bin Rabi’ah. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Al-Baqarah: 199) yang mewajibkan wuquf di Arafah.

Al-Baqarah ayat 198

19.47 Add Comment
Al-Baqarah ayat 198
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu termasuk orang-orang yang sesat”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Ibnu Abbas : Bahwa pada zaman jahiliyyah terkenal pasar-pasar yang bernama Ukadh, Mijnah dan Dzul-Majaz. Kaum Muslimin merasa berdosa apabila berdagang di musim haji di pasar itu.
Mereka bertanya kepada Rasulullah Saw tentang hal itu. Maka turunlah ayat “Laisa ‘alaikum junahun an tabtaghu fadlan min robbikum” yang membenarkan mereka berdagang pada musim haji.
Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir, Al-Hakim dan lainnya, yang bersumber dari Abi Umamah At-Taimi : Bahwa Abi Umamah At-Taimim bertanya kepada Ibnu Umar tentang menyewakan kendaraan sambil naik haji. Ibnu Umar menjawab: “Pernah seorang laki-laki bertanya seperti itu kepada Rasulullah Saw yang seketika itu juga turun “Laisa ‘alaikum junahun an tabtaghu fadlan min robbikum”. Rasulullah Saw memanggil orang itu dan bersabda: “Kamu termasuk orang yang menunaikan ibadah haji”.

Al-Baqarah ayat 197

19.47 Add Comment
Al-Baqarah ayat 197
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi: maka barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan lain-lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas : Bahwa orang-orang Yaman apabila naik haji tidak membawa bekal apa-apa, dengan alasan tawakal kepada Alah. Maka turunlah “Watazawwadu, fainna khairaz zadit taqwa” sebagian dari surat Al-Baqarah : 197.

Al-Baqarah ayat 196

17.18 Add Comment
Al-Baqarah ayat 196
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah, jika kamu terkepung (terhalang oeh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada diantaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: shaum atau bersedekah atau berkorban. Maka apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), maka (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib bershaum tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari lagi bila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidilharam (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah berat siksaan-Nya”.
Mengenai turunnya ayat ini, terdapat beberapa peristiwa sebagai berikut:
Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim yang bersumber dari Shafwan bin Umayyah: Bahwa seorang laki-laki berjubah yang semerbak dengan wangi-wangian za’faran menghadap kepada Nabi Saw dan berkata: “Ya Rasulullah, apa yang harus saya lakukan dalam menunaikan umrah?”. Maka turunlah “Wa atimmulhajja wal ‘umrata lillah”. Rasulullah bersabda: “Mana orang yang tadi bertanya tentang umrah itu?”. Orang itu menjawab: “Saya, ya Rasulullah”. Selanjutnya Rasulullah bersabda: “Tanggalkan bajumu, bersihkan hidung dan mandilah dengan sempurna, kemudian kerjakan apa yang biasa kau kerjakan pada waktu haji”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Ka’b bin ‘Ujrah: Bahwa Kaib bin Ujrah ditanya tentang firman Allah “Fafidyatum min shiyamin aw shadaqatin aw nusuk” (Al-Baqarah: 196). Ia bercerita sebagai berikut: “Ketika sedang melakukan umrah, saya merasa kepayahan, karena di rambut dan muka saya bertaburan kutu. Ketika itu Rasulullah Saw melihat aku kepayahan karena penyakit pada rambutku itu. Maka turunlah “Fafidyatum min shiyamin aw shadaqatin aw nusuk” khusus tentang aku dan berlaku bagi semua. Rasulullah bersabda: “Apakah kau punya biri-biri untuk fidyah?” Aku menjawab bahwa aku tidak memilikinya. Rasulullah bersabda: “Bershaumlah tiga hari, atau beri makanlah enam orang miskin, tiap orang setengah sha’ (1 1/2 liter) makanan, dan bercukurlah kamu”.
Diriwayatkan oleh Ahmad yang bersumber dari Ka’b: Bahwa ketika Rasulullah Saw beserta sahabat berada di Hudaibiyah sedang berihram, kaum musyrikin melarang mereka meneruskan umrah. Salah seorang sahabat yaitu Ka’b bin Ujrah, kepalanya penuh kutu sehingga bertebaran ke mukanya. ketika itu Rasulullah lalu didepannya, dan melihat Ka’b kepayahan. Maka turunlah: “faman kana minkum maridhan aw bihi adzan mirra’sihi fafidyatun min shiyamin aw shadaqatin aw nusuk”, lalu Rasulullah menyuruh agar ia bercukur dan membayar fidyah.
Diriwayatkan oleh Al-Wahidi dari ‘Atha yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa ketika Rasulullah dan para sahabatnya berhenti di Hudaibiah (dalam perjalanan umrah), datanglah Ka’b bin Ujrah yang di kepala dan mukanya bertebaran kutu karena banyaknya. Ia berkata: “Ya Rasulullah kutu-kutu ini sangat menyakitiku”. Maka turunlah: “faman kana minkum maridhan aw adzan mirra’sihi fafidyatun min shiyamin aw shadaqatin aw nusuk” (Al-Baqarah : 196).

Al-Baqarah ayat 195

08.10 Add Comment
Al-Baqarah ayat 195
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Hudzaifah: Bahwa ayat ini (Al-Baqarah ayat 195) turun berkenaan dengan hukum nafakah.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan yang lainnya yang bersumber dari Abi Ayub Al-Anshari (Menurut Tirmidzi hadits ini sahih) : Dikemukakan peristiwa sebagai berikut: Ketika Islam telah jaya dan berlimpah pengikutnya, kaum Anshar berbisik kepada sesamanya: “Harta kita telah habis, dan Allah telah menjayakan Islam. Bagaimana sekiranya kita membangun dan memperbaiki ekonomi kembali?” Maka turunlah ayat ini sebagai teguran kepada mereka, jangan menjerumuskan diri pada “tahlukah”.
Diriwayatkan oleh At-Thabrani dengan sanad yang shahih yang bersumber dari Abi Jubairah bin Dhahhak: Dikemukakan peristiwa sebagai berikut: Kaum Anshar terkenal gemar bersedekah dengan mengeluarkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya. Disaat paceklik (musim kelaparan), mereka tidak lagi memberikan sedekah. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah ayat 195).
Diriwayatkan oleh At-Thabarani dengan sanad yang shahih dan kuat, yang bersumber dari An-Nu’man bin Basyir. Hadits ini diperkuat oleh Al-Hakim yang bersumber dari Al-Barra: Tersebutlah seorang yang menganggap bahwa Allah tidak mengampuni dosa yang pernah dilakukannya. Maka turunlah “Wala tulqu biaidikum ilat-tahlukah”.

Al-Baqarah ayat 194

08.10 Add Comment
Al-Baqarah ayat 194
“Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishash, oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, yang seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertaqwa.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah: dikemukakan peristiwa sebagai berikut :Pada bulan Dzulqa’idah Nabi Saw dengan para sahabatnya berangkat ke Mekah untuk menunaikan umrah dengan membawa qurban. Setibanya di Hudaibiah, dicegat oleh kaum musyrikin, dan dibuatlah perjanjian yang isinya antara lain agar kaum Muslimin menunaikan umrahnya pada tahun berikutnya. Pada bulan Dzulqa’idah tahun berikutnya berangkatlah Nabi Saw beserta sahabatnya ke Mekah dan tinggal disana selama tiga malam. Kaum musyrikin merasa bangga dapat menggagalkan maksud Nabi Saw untuk umrah pada tahun yang lalu. Allah SWT membalasnya dengan meluluskan maksud umrah pada bulan yang sama pada tahun berikutnya. Turunnya ayat tersebut diatas (Al-Baqarah ayat 194) berkenaan dengan peristiwa itu.

Al-Baqarah ayat 190-193

08.07 4 Comments


“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al Baqarah : 190)

“Dan bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai mereka. Dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah), dan fitnah itu lebih berbahaya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.” (Al Baqarah : 191)

“Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Baqarah : 192)

“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah belaka. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang dhalim.” (Al Baqarah : 193)

Diriwayatkan oleh Al-Wahidi dari Al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa ayat ini turun berkenaan dengan “Perdamaian di Hudaibiah”, yaitu ketika Rasulullah Saw dicegat oleh kaum Quraisy untuk memasuki Baitullah. Adapun isi perdamaian tersebut antara lain agar kaum muslimin menunaikan umrahnya pada tahun berikutnya. Ketika Rasulullah Saw beserta sahabatnya mempersiapkan diri untuk melaksanakan umrah tersebut sesuai dengan perjanjian, para sahabat khawatir kalau-kalau orang Quraisy tidak menepati janjinya, bahkan memerangi dan menghalangi mereka masuk di Masjidil haram, padahal kaum Muslimin enggan berperrang pada bulan haram. Turunnya “Waqatilu fi sabilillahil ladzina…” (Al Baqarah ayat 190-193) membenarkan berjihad untuk membalas serangan musuh.

Al-Baqarah ayat 189

05.37 Add Comment
Al-Baqarah ayat 189
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; dan bukanlah kebaktian memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebaktian itu ialah kebaktian orang yang bertaqwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Al-ufi yang bersumber dari Ibnu Abbas : Bahwa ayat “Yas alunaka ‘anil ahillah” samapi “linnasi walhajji” diturunkan sebagai jawaban terhadap banyaknya pertanyaan kepada Rasulullah Saw tentang peredaran bulan.
Diriwayatkan oleh Inu Abi Hatim yang bersumber dari Abil ‘Alaih : Bahwa orang-orang bertanya pada Rasulullah Saw: “Untuk apa diciptakan bulan sabit?”. Maka turunlah ayat tersebut di atas sebagai penjelasan.
Diriwayatkan oleh Abu Na’im dan Ibnu ‘Asakir di dalam tarikh Dimasyqa, dari As-Suddi As-Shagir, dari Al-Kalbi dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas : Bahwa ayat “Yas alunaka ‘anil ahillah” samapi “linnasi walhajji” ini berkenaan dengan pertanyaan Mu’adz bin Jabal dan Tsa’labah bin Ghunamah kepada Rasulullah Saw: “Ya Rasulullah! Mengapa bulan sabit itu mulai timbul kecil sehalus benang, kemudian bertambah besar hingga bundar dan kembali seperti semula, tiada tetap bentuknya”. Sebagai jawabannya turunlah ayat ini.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Al-Barra : Bahwa ayat “Walaisal birru bi anta’tul buyuta min dhuhuriha sampai akhir ayat, diturunkan berkenaan dengan kebiasaan orang Jahiliyah sepulangnya menunaikan ihram di Baitullah memasuki rumahnya dari pintu belakang.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi HAtim dan Al-Hakim yang bersumber dari Jabir. Menurut Al-Hakim, hadits ini shahih. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Al-Ufi yang bersumber dari Ibnu Abbas : Bahwa orang-orang Quraisy yang diberi julukan Al-Hams (Ksatria) menganggap baik apabila melakukan ihram masuk dan keluar melalui pintunya, akan tetapi kaum Anshar dan orang-orang Arab lainnya masuk dan keluar tidak melalui pintunya. Pada suatu hari, orang-orang melihat Quthbah bin Amir (dari kaum Anshar) keluar melalui pintu mengikuti Rasulullah Saw. Serempaklah mereka mengadu atas pelanggaran tersebut, sehingga Rasulullah segera menegurnya. Quthbah menjawab: “Saya hanya mengikuti apa yang tuan lakukan”. Rasulullah bersabda: “Aku ini seorang ksatria”. Quthbah menjawab: “Saya pun penganut agama tuan”. Maka turunlah “Walisal birru bi anta’tul buyuta” sampai akhir ayat".
Diriwayatkan oleh At-Thayalisi yang bersumber dari Al-Barra : Bahwa ayat ini turun berkenaan dengan kaum Anshar yang apabila pulang dari perjalanan, tidak masuk rumah melalui pintunya.
Diriwayatkan oleh ‘Abdu bin Hamid yang bersumber dari Qais bin Habtar An-Nahsyali : Bahwa peristiwanya sebagai berikut: Orang-orang pada waktu itu, apabila hendak berihram di Baitullah tidak masuk melalui pintunya, kecuali golongan ksatria (Al-Hams). Pada suatu hari Rasulullah Saw masuk dan keluar halaman Baitullah melalui pintunya, diikuti oleh Rifa’ah bin Tabut, padahal dia bukan ksatria. Maka mengadulah orang-orang yang melihatnya : “Wahai Rasulullah, Rifa’ah melanggar”. Rasulullah bersabda kepada Rifa’ah: “Mengapa kau berbuat demikian?”. Ia berkata: “Saya mengikuti tuan”. Nabi bersabda: “Aku ini ksatria”. Ia menjawab: “Agama kita satu”, maka turunlah “Walaisal birru bi anta’tul buyuta” sampai akhir ayat.

Al-Baqarah ayat 188

05.36 Add Comment
Al-Baqarah ayat 188
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain diantara kamu dengan jalan bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim-hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Jubair : Bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Imriil Qais bin ‘Abis dan ‘Abdan bin Asyma’ Al-Hadlrami yang bertengkar dalam soal tanah. Imriil Qais berusaha untuk mendapatkan tanah itu menjadi miliknya dengan bersumpah di depan hakim. Ayat ini sebagai peringatan kepada orang-orang yang merampas hak orang dengan jalan bathil.

Al-Baqarah ayat 186

12.08 4 Comments
Al-Baqarah ayat 186
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat; Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’a apabila ia berdo’a kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim Ibnu Marduwaih, Abusyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan; dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah As-Sajastani, dari As-Shalt bin Hakim bin Mu’awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya: bahwa ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi Saw yang bertanya: “Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyerunya?”. Nabi Saw terdiam, hingga turunlah ayat ini (Al-Baqarah ayat 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu.
Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq dari Hasan, tetapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya (Hadits ini mursal): bahwa ayat ini turun sebagai jawaban terhadap beberapa sahabat yang bertanya kepada Nabi Saw: “Diamkah Tuhan kita?”.
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir yang bersumber dari Ali: bahwa ayat ini turun berkenaan dengan sabda Rasulullah Saw: “Janganlah kalian berkecil hati dalam berdo’a, karena Allah telah berfirman “Ud’uni astajib lakum” (Al-Mukmin ayat 60). Berkatalah salah seorang diantara mereka. “Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar do’a kita atau bagaimana?”. Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (Al-Baqarah ayat 186).
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Atha bin Abi Rabah: bahwa setelah turun ayat “Waqala rabukum ud’uni astajib lakum” (Al-Mukmin ayat 60), para sahabat tidak mengetahui bilamana yang tepat untuk berdo’a. Maka turunlah ayat ini (Al-Baqarah ayat 186).

Al-Baqarah ayat 187

12.07 Add Comment
Al-Baqarah ayat 187
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu pakaian bagimu, dan kamu pun pakaian bagi mereka, Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi keringanan kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah shaum itu sampai malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu ber’i’tikaf dalam mesjid-mesjid. Itulah larangan-larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa.”
Mengenai turunnya ayat ini, terdapat beberapa peristiwa sebagai berikut :
  • Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Al-Hakim dari ‘Abdurrahman bin Abi Laila, yang bersumber dari Mu’adz bin Jabal. (Hadits ini masyhur dari Ibnu Abi Laila. Walaupun ia tidak mendengar langsung dari Mu’adz bin Jabal, tapi mempunyai sumber lain yang memperkuatnya) : Bahwa para sahabat Nabi Saw menganggap bahwa makan, minum dan menggauli istrinya pada malam hari bulan ramadhan, hanya boleh dilakukan sementara mereka belum tidur. Diantara mereka Qais bin Shirmah dan Umar bin Khattab. Qais bin Shirmah (dari golongan Anshar) merasa kepayahan setelah bekerja pada siang harinya. Karenanya setelah shalat Isya, ia tertidur, sehingga tidak makan dan minum hingga pagi. Adapun Umar bin Khattab menggauli istrinya setelah tertidur pada malam hari bulan Ramadhan. Keesokan harinya ia menghadap kepada Nabi Saw untuk menerangkan hal itu. Maka turunlah ayat “Uhilla lakum lailata shshiami rafatsu….” sampai “atimmu shshiyama ilal-lail” (Al-Baqarah ayat 187).
  • Diriwayatkan oleh Bukhari dari Al-Barra: Bahwa seorang sahabat Nabi Saw tidak makan dan minum pada malam bulan ramadhan, karena tertidur setelah tibanya waktu berbuka puasa. Pada malam itu ia tidak makan sama sekali, dan keesokan harinya ia bershaum lagi. Seorang sahabat lainnya bernama Qais bin Shirmah (dari golongan Anshar), ketika tibanya waktu berbuka shaum, meminta makanan kepada istrinya yang kebetulan belum tersedia. Ketika istrinya menyediakan makanan, karena lelahnya bekerja pada siang harinya, Qais bin Shirmah tertidur. Setelah makanan tersedia, istrinya mendapatkan suaminya tertidur. berkatalah ia: “wahai celaka kau.” Pada tengah hari keesokan harinya, Qais Shirmah pingsan. Kejadian ini disampaikan kepada Nabi Saw. Maka turunlah ayat tersebut diatas, sehingga gembiralah kaum Muslimin.
  • Para sahabat Nabi Saw apabila tiba bulan ramadhan tidak mendekati istrinya sebulan penuh. Akan tetapi terdapat diantaranya yang tidak dapat menahan nafsunya. Maka turunlah ayat “Alimal lahu annakum kuntum takhtanuna anfusakum fataba ‘alaikum wa’afa ‘ankum” (Al-BAqarah ayat 187) sampai akhir ayat.
  • Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim dari Abdullah bin Ka’b bin Malik yang bersumber dari bapaknya: Bahwa pada waktu itu ada anggapan bahwa pada bulan ramadhan yang shaum haram makan, minum dan menggauli istrinya setelah tertidur malam hari sampai ia berbuka shaum keesokan harinya. Pada suatu ketika Umar bin Khattab pulang dari rumah Nabi Saw setelah larut malam. Ia menginginkan menggauli istrinya, tapi istrinya berkata: “saya sudah tidur”. Umar berkata: “Kau tidak tidur”, dan ia pun menggaulinya. Demikian juga Ka’b berbuat seperti itu. Keesokan harinya Umar menceritakan hal dirinya kepada Nabi Saw. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah ayat 187) dari awal sampai akhir ayat.
  • Dirirwayatkan oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Sahl bin Sa’id: Bahwa kata “Minal Fajri” dalam surat Al-Baqarah ayat 187 diturunkan berkenaan dengan orang-orang pada malam hari, mengikat kakinya dengan tali putih dan tali hitam, apabila hendak shaum. Mereka makan dan minum sampai jelas terlihat perbedaan antara kedua tali itu. Maka turunlah “Minal Fajri”. Kemudian mereka mengerti bahwa Khaithul Abyadlu minal Khaithil Aswadi itu tiada lain adalah siang dan malam.
  • Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah: Bahwa kata “wala tubasyiruhunna wa antum ‘akifuna fil masajidi” dalam ayat tersebut turun berkenaan dengan seorang sahabat yang keluar dari masjid untuk menggauli istrinya disaat ia sedang i’tikaf.

Al-Baqarah ayat 184

07.55 Add Comment
Al-Baqarah ayat 184
“(Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya bershaum) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak bershaum) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Maka barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan bershaum lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d didalam kitab At-Thabaqat yang bersumber dari mujahid : bahwa ayat ini turun berkenaan dengan maula Qais bin Assa-ib yang memaksakan diri bershaum, padahal ia sudah tua sekali. Dengan turunnya ayat ini, ia berbuka dan membayar fidyah dengan memberi makan seorang miskin, selama ia tidak bershaum itu.

Al-Baqarah ayat 178

10.09 Add Comment


Hai orang-orang yang beriman, diwaibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita, maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar diyat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih”. (Al Baqarah : 178)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Jubair: Bahwa ketika Islam hampir disyari’atkan, pada zaman Jahiliyyah ada dua suku bangsa Arab bertikai satu sama lainnya. Diantara mereka ada yang terbunuh dan yang luka-luka, bahkan mereka membunuh hamba sahaya dan wanita. Mereka belum sempat membalas dendam karena mereka masuk Islam. Masing-masing menyombongkan dirinya dengan jumlah pasukan dan kekayaannya serta bersumpah tidak ridha apabila hamba-hamba sahaya yang terbunuh itu tidak diganti dengan orang merdeka, wanita diganti dengan pria. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al Baqarah ayat 178) yang menegaskan hukum qishash.

Al-Baqarah ayat 177

18.21 Add Comment


Bukanlah menghadapkan wajah kamu kearah timur dan barat itu suatu kebaktian. Akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan hartayang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam pertempuran; mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. (Al Baqarah : 177)


Diriwayatkan oleh Abdur-razzaq dari Ma’mar, yang bersumber dari Qatadah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil ‘Aliah: Bahwa Qatadah menerangkan tentang kaum Yahudi yang menganggap bahwa yang baik itu shalat menghadap ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur, sehingga turunlah ayat tersebut di atas (surah Al Baqarah ayat 177).


Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnul Mundzir yang bersumber dari Qatadah: Bahwa turunnya ayat tersebut di atas (surah  Al Baqarah ayat 177) sehubungan dengan pertanyaan seorang laki-laki yang ditujukan kepada Rasulullah Saw tentang “Al-Birr” (kebaikan). Setelah turun ayat tersebut Rasulullah memanggil kembali orang itu, dan dibacakannya ayat tersebut kepada orang tadi. Peristiwa itu terjadi sebelum diwajibkan shalat fardu. Pada waktu itu apabila seseorang telah mengucapkan “Asyhadu alla ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu warasuuluhu”, kemudian meninggal disaat ia tetap beriman, harapan besar ia mendapat kebaikan. Akan tetapi kaum Yahusi menganggap yang baik itu ialah shalat mengarah ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur.

Al-Baqarah ayat 174

15.29 Add Comment
Al-Baqarah ayat 174

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Ikrimah: Bahwa firman Allah tersebut di atas (Al-Baqarah ayat 174) dan surat Ali Imran ayat 177 diturunkan tentang (kebiasaan) kaum Yahudi (yang menyimpang dari ajaran yang sebenarnya).

Diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa turunnya ayat ini (Al-Baqarah ayat 174) dalam peristiwa sebagai berikut: Pemimpin dan ulama Yahudi biasa mendapat persembahan dan sanjungan rakyat bawahannya. Mereka mengharap agar Nabi yang akan diutus itu diangkat dari kalangan mereka. Ketika Nabi Muhammad diutus bukan dari kalangan Yahudi, mereka takut kehilangan sumber keuntungan, kedudukan dan pengaruh. Mereka ubah sifat-sifat Muhammad yang ada di kitab Taurat, dan mengumumkan kepada pengikutnya dengan berkata: “Inilah sifat Nabi yang akan keluar diakhir zaman dan tidak sama dengan sifat Muhammad ini”.

Al-Baqarah ayat 170

15.02 Add Comment
Al-Baqarah ayat 170

Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah!”. Mereka menjawab: “(Tidak)”, tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa turunnya ayat tersebut di atas (Al-Baqarah ayat 170) sehubungan dengan ajakan Rasulullah Saw kepada kaum Yahudi untuk masuk Islam, serta memberikan kabar gembira, memperingatkan mereka akan siksaan Allah serta azab-Nya. Rafi’i bin Huraimallah dan Malik bin ‘Auf dari kaum Yahudi menjawab ajakan ini dengan berkata: “Hai Muhammad! Kami akan mengikuti jejak nenek moyang kami, karena mereka lebih pintar dan lebih baik daripada kami”. Ayat ini turun sebagai teguran kepada orang-orang yang hanya mengikuti jejak nenek moyangnya.

Al-Baqarah ayat 163 - 164

09.48 Add Comment


“Dan Tuahnmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah : 163)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidpkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapatlah) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (Al-Baqarah : 164)


Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur di dalam Sunannya, Al-Faryabi di dalam Tafsirnya, dan Al-Baihaki di dalam kitab Syu’bul Iman yang bersumber dari Abidh-Dhuha: Bahwa ketika turun ayat tersebut (Al-Baqarah ayat 163), kaum musyrikin kaget dan bertanya-tanya: “Apakah benar Tuhan itu tunggal? Jika benar demikian berikanlah kepada kami bukti-buktinya!”. Maka turunlah ayat berikutnya (Al-Baqarah ayat 164) yang menegaskan adanya bukti-bukti ke-Esaan Tuhan.
As-Sayuthi berpendapat bahwa hadis ini mu’dhal, tetapi ada syahid (penguatnya).

Al-Baqarah ayat 159

09.46 Add Comment
Al-Baqarah ayat 159
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa Mu’adz bin Jabal, Sa’d bin Mu’adz dan Kharijah bin Zaid bertanya kepada segolongan Padri Yahudi tentang beberapa hal yang terdapat di dalam Taurat. Para Padri menyembunyikan hal tersebut dan enggan untuk memberitahukannya. Maka Allah menurunkan ayat tersebut (Al-Baqarah ayat 159) yang membeberkan keadaan mereka (padri-padri).

Al-Baqarah ayat 158

09.45 Add Comment
Al-Baqarah ayat 158
“Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebahagian syiar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan (dengan kerelaan hati sendiri), maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui”.

Diriwayatkan oleh As-Syaikhani dan yang lainnya dari Urwah yang bersumber dari ‘Aisyah: Bahwa Urwah bertanya kepada ‘Aisyah: “Bagaimana pendapatmu tentang firman Allah Innas shafaa wal-marwata hingga akhir ayat (Al-Baqarah ayat 158). Menurut pendapatku ayat ini menegaskan bahwa orang yang tidak thawaf di kedua tempat itu tidak berdosa”. ‘Aisyah menjawab: “Sebenarnya ta’wilmu (interpretasimu) itu hai anak saudariku, tidaklah benar. Akan tetapi ayat ini (Al-Baqarah ayat 158) turun mengenai kaum Anshar. Mereka yang sebelum masuk Islam mengadakan upacara keagamaan kepada manat (tuhan mereka) yang jahat, menolak berthawaf antara Shafa dan Marwah. Mereka bertanya kepada Rasulullah Saw: “Wahai Rasulullah, di zaman jahiliyah kami berkeberatan untuk thawaf di Shafa dan Marwah”.

Al-Baqarah ayat 154

09.43 4 Comments


“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup tetapi kamu tidak menyadarinya”. (Al Baqarah : 154)

Diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dari As-Suddi As-Shagir, dari Al-Kalbi, dari Abi Saleh yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa turunnya ayat tersebut di atas (surah Al Baqarah ayat 154) sehubungan dengan gugurnya Sahabat Nabi Saw, yaitu Tamim bin Al-Hammam pada peristiwa Badar, dan dalam peristiwa itu gugur pula sahabat lainnya.

Diriwayatkan oleh Abu Na’iem: Bahwa para ulama sepakat yang gugur itu Umair bin Al-Hammam, tetapi As-Suddi keliru menyebutnya.

Al-Baqarah ayat 150

09.42 Add Comment
Al-Baqarah ayat 150
“Dan dari mana saja kamu berangkat, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu sekalian berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang lalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari As-Suddi melalui sanad-sanadnya: Bahwa turunnya ayat tersebut (Al-Baqarah ayat 150) sehubungan dengan peristiwa sebagai berikut: Ketika Nabi Saw memindahkan arah kiblat dari Baitil Maqdis ke ka’bah, maka kaum musyrikin Mekah berkata: “Muhammad dibingungkan oleh agamanya. Ia memindahkan arah kiblatnya ke arah kiblat kita. Ia mengetahui bahwa jalan kita lebih benar daripada jalannya, dan ia sudah hampir masuk agama kita”.

Al-Baqarah ayat 142 - 144

09.41 4 Comments
Al-Baqarah ayat 142 - 144
(142): “Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya? Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat. Dia memberi pimpinan kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.”
(143): “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblat (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu, terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah amat Pengasih lagi Penyayang kepada manusia.”

Al-Baqarah ayat 135

09.39 Add Comment
Al-Baqarah ayat 135
“Dan mereka berkata: “Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk”. Katakanlah: “Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa Ibnu Shuria berkata kepada Nabi Saw: “Petunjuk itu tiada lain kecuali apa yang kami anut, maka turutlah kami hai Muhammad, agar supaya tuan mendapat petunjuk”. Kaum Nashara pun berkata seperti itu juga. Maka Allah menurunkan ayat tersebut (Al-Baqarah ayat 135) yang menegaskan bahwa agama Ibrahim adalah agama yang bersih dari perubahan yang menimbulkan Syirik.

Al-Baqarah ayat 130

09.37 Add Comment
Al-Baqarah ayat 130
“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Uyainah: Bahwa Abdullah bin salam mengajak dua anak saudaranya, Salamah dan Muhajir untuk masuk Islam dengan berkata: “Kau berdua telah mengetahui, sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman di dalam Taurat, bahwa ia akan mengutus dari keturunan Ismail, seorang Nabi bernama Ahmad. Barangsiapa yang iman kepadanya, ia telah mendapat petunjuk dan bimbingan, dan barangsiapa yang tidak iman kepadanya, akan dilaknat. Maka masuk Islamlah Salamah, akan tetapi Muhajir menolak. Maka turunlah ayat ini (Al-Baqarah ayat 130) yang menegaskan bahwa hanya orang-orang yang bodohlah yang tidak beriman kepada agama Ibrahim.

Al-Baqarah ayat 125

09.35 Add Comment
Al-Baqarah ayat 125
“Dan ingatlah, ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat; Dan telah kami perinyahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang rukuk dan yang sujud”.

Diriwayatkan oleh Bukhari dan yang lainnya, yang bersumber dari Umar: dikemukakan, Umar menerangkan bahwa pendapatnya bersesuaian dengan firman Allah di dalam tiga perkara, yaitu :
(1) ketika ia mengemukakan usul: “Wahai Rasulullah, tidaklah sebaiknya tuan jadikan maqam (tempat shalat) Ibrahim ini menjadi tempat shalat”. Maka turunlah ayat ini (Al-Baqarah ayat 125).
Dan (2) ketika ia mengusulkan: “Telah berkunjung kepada istri-istri tuan orang baik dan orang jahat. Bagaimana sekiranya tuan memerintahkan agar dipasang hijab (penghalang)”. Maka turunlah ayat hijab (Surat 33 ayat 53).
Dan (3) ketika Rasulullah Saw dibaikot oleh istri-istrinya karena cemburu, maka Umar berkata kepada mereka: “Mudah-mudahan Tuhannya akan menceraikan kamu, dan menggantikan kamu dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu”. Maka turunlah ayat lainnya (surat 66 ayat 5) yang membenarkan peringatan Umar terhadap istri Nabi.

Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dan Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Jabir: Ketika Rasulullah Saw thawaf, berkatalah Umar kepadanya: “Ini adalah maqam (tempat salat) bapak kita Ibrahim”. Nabi bersabda: “Benar”. Umar berkata lagi: “Apakah tidak sebaiknya kita jadikan tempat shalat?”. Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah ayat 125).

Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari ‘Amr bin Maimun, yang bersumber dari Umar bin Khattab: Bahwa Umar bin Khatthab lewat di makam Ibrahim bersama Rasulullah, dan ia bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah kita tidak berdiri shalat di tempat shalatnya kekasih Tuhan?. Rasulullah menjawab: “Benar”. Kemudia Umar berkata: “Apakah tidak kita jadikan tempat shalat?”. Tidak lama kemudian turunlah ayat ini. (Al-Baqarah ayat 125).

Al-Baqarah ayat 120

09.34 Add Comment
Al-Baqarah ayat 120
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.

Diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa kaum Yahudi Madinah dan kaum Nashara Najran mengharap agar Nabi Saw shalat menghadap kiblat mereka. Ketika Allah SWT membelokkan kiblat itu ke ka’bah, mereka merasa berkeberatan. Mereka berkomplot dan berusaha agar Nabi Saw menyetujui kiblat sesuai dengan agama mereka. Maka turunlah ayat ini (Al-Baqarah ayat 120) yang menegaskan bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang Nashara tidak akan senang kepada Nabi Muhammad walaupun keinginannya dikabulkan.

Al-Baqarah ayat 119

09.32 Add Comment
Al-Baqarah ayat 119
“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.”

Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dari At-Tsauri, dari Musa bin ‘Ubadah, yang bersumber dari Muhammad ibnu Ka’b Al-Qarzhi (Hadits ini mursal): Bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Betapa inginnya aku tahu nasib ibu bapakku”. Maka turunlah ayat ini (Al-Baqarah ayat 119). RAsulullah Saw tidak menyebut-nyebut lagi kedua ibu bapaknya hingga wafatnya. Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi bertugas sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.

Diriwayatkan oleh Ibjnu Jarir dari Juraij yang bersumber dari Dawud bin Abi ‘Ashim (Hadits ini mursal): Bahwa Rasulullah Saw pada suatu hari berdo’a: “Dimana kedua ibu bapakku kini berada?”. Maka turunlah ayat tersebut ini (Al-Baqarah ayat 119).

Al-Baqarah ayat 118

09.31 Add Comment
Al-Baqarah ayat 118
“Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: “Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?” Demikian pula orang-orang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.”

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa turunnya ayat ini (Surat Al-Baqarah ayat 118) sehubungan dengan Rafi’ bin Khuzaimah. Ketika itu ia berkata kepada Rasulullah saw: Jika tuan seorang Rasulullah sebagaimana tuan katakan, mintalah kepada Allah agar ia berbicara (langsung kepada kami sehingga kami mendengar perkataan-Nya.
Ayat ini turun sebagai penjelasan bahwa kalaupun Alah mengabulkan permintaan mereka, mereka akan tetap kufur.

Al-Baqarah ayat 115

09.29 Add Comment

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Al Baqarah : 115)

Diriwayatkan oleh Muslim, Trmidzi dan Nasa’i yang bersumber dari Ibnu Umar : bahwa Ibnu Umar membacakan ayat ini (Al-Baqarah ayat 115) kemudian menjelaskan peristiwanya sebagai berikut : ketika Rasululah Saw dalam perjalanan dari Mekah ke Madinah salat sunat di atas kendaraan menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraannya.

Diriwayatkan oleh Al-Hakim yang bersumber dari Ibnu Umar, (hadits ini sahih menurut Syarat Muslim, teutama isnadnya) : bahwa turunnya ayat “faainamaa tuwallu ….” sampai dengan akhir ayat (Al-Baqarah ayat 115) membolehkan kita salat sunnat di atas kendaraan menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraannya.

Al-Baqarah ayat 114

09.28 Add Comment
Al-Baqarah ayat 114
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id, atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas : dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (Al-aqarah ayat 114) sehubungan dengan larangan kaum Quraisy kepada Nabi Saw untuk shalat dekat ka’bah di dalam masjidil haram.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Zaid : turunnya ayat ini (Al-Baqarah ayat 114) tentang kaum musyrikin yang menghalangi Rasulullah dan para sahabatnya datang ke Mekah untuk mengerjakan umrah pada hari Hudaibiyah. Ayat ini turun sebagai peringatan kepada orang yang melarang beribadat di mesjid Allah.

Al-Baqarah ayat 113

09.27 Add Comment
Al-Baqarah ayat 113
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id Atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas : dikemukakan, ketika orang-orang Nashara Najran menghadap kepada Rasulullah Saw datang pulalah padri-padri Yahudi. Mereka bertengkar di hadapan Rasulullah Saw. Berkatalah Rafi’ bin Khuzaimah (Yahudi): “Kamu tidak berada pada jalan yang benar, karena menyatakan kekufuran kepada Nabi Isa dan kitab injilnya”. Seorang dari kaum Nashara Najran membantahnya dengan mengatakan: “Kamu pun tidak berada di atas jalan yang benar, karena menentang kenabian Musa dan kufur kepada Taurat”. Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah ayat 113), sebagai jawaban atas pertengkaran mereka.

Al-Baqarah ayat 109

09.26 Add Comment
Al-Baqarah ayat 109
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa Hay bin Akhtab dan Abu Jasir bin Akhtab termasuk kaum Yahudi yang paling hasud terhadap orang Arab, dengan alasan Allah telah mengistimewakan orang Arab dengan mengutus Rasul dari kalangan mereka. Kedua orang bersaudara itu bersungguh-sungguh mencegah orang lain masuk Islam. Maka Allah turunkan aya ini (Al-Baqarah ayat 109) sehubungan dengan perbuatan kedua orang itu.

Al-Baqarah ayat 106

09.25 Add Comment
Al-Baqarah ayat 106
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa turunnya wahyu pada Nabi Saw kadang-kadang pada malam hari, tapi beliau lupa siang harinya. Maka Allah turunkan ayat ini (Al-Baqarah ayat 106) sebagai jaminan bahwa wahyu Allah tidak akan mungkin terlupakan.

Al-Baqarah ayat 108

09.24 Add Comment
Al-Baqarah ayat 108
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id Atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa Rafi’ bin Huraimalah dan Wahab bin Zaid berkata kepada Rasulullah Saw : “Hai Muhammad! cobalah turunkan ayat kepada kami suatu kitab dari langit yang kami akan baca, atau buatlah sungai yang mengalir airnya, pasti kami akan mengikuti dan mempercayai tuan. “Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah ayat 108) sebagai peringatan agar umat Islam tidak meniru Bani Israil di dalam mengikuti ajaran Rasul.

Al-Baqarah ayat 104

09.22 Add Comment
Al-Baqarah ayat 104
Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari As-Suddi : bahwa dua orang Yahudi bernama Malik bin Shaif dan Rifa’ah bin Zaid, apabila bertemu dengan Nabi Saw mereka mengucapkan : “Ra’ina sam’aka was ma’ghaira musma’in”. Kaum muslimin mengira bahwa kata-kata itu adalah ucapan ahli kitab untuk menghormati nabi-nabinya. Mereka pun mengucapkan kata-kata itu kepada Nabi Saw. Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah ayat 104) sebagai larangan untuk meniru-niru perbuatan kaum Yahudi.

Al-Baqarah ayat 102

09.20 Add Comment
Al-Baqarah ayat 102
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Syahr bin Hausyab : bahwa kaum Yahudi berkata : “Lihatlah Muhammad yang mencampur-baurkan antara hak dengan batil, yaitu menerangkan Sulaiman (Nabi) digolongkan pada kelompok nabi-nabi, padahal ia seorang ahli sihir yang mengendarai angin”. Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Baqarah ayat 102) yang menegaskan bahwa Yahudi lebih mempercayai setan daripada Iman kepada Allah SWT.

Al-Baqarah ayat 99 - 101

09.19 Add Comment
Al-Baqarah ayat 99 - 101
Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dari Sa’id dan ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas : dikemukakan bahwa Ibnu Shuria berkata kepada Nabi Saw : “Hai Muhammad! Tuan tidak memberitahukan tentang apa-apa yang telah kami ketahui, dan Allah tidak menurunkan ayat yang jelas kepada tuan”. Maka Allah menurunkan ayat tersebut (Al-Baqarah ayat 99) sebagai bantahan terhadap ucapan mereka.
Ket :
Malik Ibnu As-Shaif menerangkan bahwa ketika Rasulullah Saw diutus dan diingatkan kepada mereka (kaum Yahudi) akan janji mereka (untuk iman kepada-Nya) dan apa yang dijanjikan Allah kepada mereka itu (dalam Taurat tentang akan diutusnya Muhammad sebagai Nabi), kaum Yahudi berkata : “Demi Allah, tidak pernah kami janjikan sesuatu tentang Muhammad, dan kami tidak pernah berjanji apa-apa”.
Maka turunlah surat Al-Baqarah ayat 100-101.

Al-Baqarah ayat 97 - 98

09.18 1 Comment

"Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (Al Baqarah : 97)

"Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir". (Al Baqarah : 98)


Diriwayatkan oleh Bukhari yang bersumber dari Anas : bahwa Abdullah bin Salam mendengar akan tibanya Rasulullah disaat dia berada di tempat peristirahatannya. Lalu ia menghadap kepada Rasululah Saw dan berkata : “Sesungguhnya saya akan bertanya kepada tuan tentang tiga hal, yang tidak akan ada yang mengetahui jawabannya kecuali seorang Nabi, (1) apa tanda-tanda pertama hari kiamat. (2) makanan apa yang pertama-tama dimakan ahli surga, dan (3) mengapa si anak menyerupai bapaknya atau kadang-kadang menyerupai ibunya?”. Jawab Nabi Saw : “Baru Jibril memberitahukan hal ini padaku”. Kata Abdullah bin Salam : “Jibril?”. Jawab Rasulullah : “Ya”. Kata Abdullah bin Salam : “Dia itu malaikat yang temasuk musuh kaum Yahudi”. Lalu Nabi membacakan ayat ini (Al Baqarah ayat 97) sebagai teguran kepada orang-orang yang memusuhi malaikat pesuruh Allah.

Al-Baqarah ayat 94

09.14 Add Comment


"Katakanlah: "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar". (Al Baqarah : 94)


Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Abil’Alaih : bahwa kaum Yahudi berkata : “Tidak akan masuk surga kecuali penganut agama Yahudi”. Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah ayat 94) sebagai sindiran kepada orang-orang yang mengaku ahli surga.

Al-Baqarah ayat 89

09.13 Add Comment

"Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu". ((Al Baqarah : 89)


Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitab Almustadrak dan AlBaihaki dalam kitab Ad-Dala’il dengan sanad yang lemah yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa kaum Yahudi Khaibar dahulu memerangi kaum Ghathafan (bangsa Arab). Tiap kali bertempur, kaum Yahudi kalah. Kemudian kaum Yahudi meminta pertolongan dengan do’a : ‘Ya Allah, sesungguhnya kami minta kepada-Mu dengan hak Muhammad, Nabi yang Ummi, yang telah Engkau janjikan kepada kami, akan Engkau utus dia di akhir zaman. Tidakkah Engkau akan menolong kamiuntuk mengalahkan mereka ?”.

Al-Baqarah ayat 80

09.11 Add Comment

"Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja". Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" (Al Baqarah : 80)


Diriwayatkan oleh At-Thabarani di dalam kitabnya Al-Kabir, demikian juga Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dari Ibnu Ishak dari Muhammad bin Abi Muhammad dari Ikrimah atau Sa’id bin Jubair yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa di waktu Rasulullah Saw sampai ke Madinah, kaum Yahudi berkata : “Umur dunia ini tujuh ribu tahun. Manusia disiksa tiap seribu tahun dari hari dunia ini sehari di Yaumil-akhir, sehingga jumlahnya hanya tujuh hari saja, dan setelah itu putuslah siksaan itu”. Maka Allah turunkan ayat ini (surat Al Baqarah ayat 80) sebagai bantahan dan peringatan kepada orang-orang yang menganggap dirinya lebih tahu dari Allah SWT.

Al-Baqarah ayat 79

09.10 Add Comment
"Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan."


Diriwayatkan oleh Nasai yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa ayat 70 surat Al-Baqarah turun tentang ahli kitab yang memalsukan Taurat.

Diriwayatkan oleh Abi HAtim dari Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa turunnya ayat ini (Al-Baqarah : 79) tentang padri-padri bangsa Yahudi yang mendapatkan sifat-sifat Nabi Saw tertulis dalam kitab Taurat yang berbunyi : ‘Matanya seperti selalu memakai celak, tingginya sedang, rambutnya keriting, mukanya cantik.’ Akan tetapi mereka hapus (kalimat tersebut dari Taurat) karena dengki dan benci serta meggantinya dengan kalimat : ‘Badannya tinggi, matanya biru, rambutnya lurus.’

Al-Baqarah ayat 76

09.09 Add Comment

"Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: "Kamipun telah beriman," tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?"

Diriwayatkan dari Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid : bahwa Nabi Saw pada pertempuran Bani Quraidzah berdiri di bawah benteng mereka. Dengan marahnya atas penkhianatan mereka, beliau bersabda : “Hai saudara-saudara kera!, Hai saudara-saudara babi!, Hai penyembah-penyembah thagut!”. Para pemimpin bani Quraidzah berkata kepada kaumnya : “Siapa yang memberitahu Muhammad tentang ucapan yang dikeluarkannya itu ? Ia tidak mungkin tahu kecuali dari kamu. Mengapa kalin beritahukan kepada mereka tentang kutukan Allah kepada kalian, sehingga mereka dapat mengalahkan hujjah kalian?”. Maka turunlah ayat ini (Al-Baqarah : 76) yang menegaskan penyesalan mereka akan kebocoran isi Taurat kepada Nabi Muhammad Saw.

Al-Baqarah ayat 62

09.07 Add Comment

"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati."


Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dan Al-Adni dalam musnadnya dari Ibnu Abi Najih yang bersumber dari Mujahid : bahwa Salman bertanya kepada Nabi Saw tentang penganut agama yang pernah ia anut bersama mereka. Ia terangkan cara shalatnya dan ibadahnya. Maka turunlah ayat ini (ayat 62 surat Al-Baqarah) sebagai penegasan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan berbuat saleh akan mendapat pahala dari Allah SWT.

Al-Baqarah ayat 44

08.26 Add Comment
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?"


Diriwayatkan oleh Al-Wahidi dan Ats-Tsa’labi dari Al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa turunnya ayat 44 surat Al-Baqarah tentang kaum Yahudi Madinah yang pada waktu itu berkata kepada mantunya, kaum kerabatnya dan sadara sesusunya yang telah masuk Islam : “Tetaplah kamu pada agama yang kamu anut (Islam) dan apa-apa yang diperintahkan oleh Muhammad, karena perintahnya benar”. Ia menyuruh orang lain berbuat baik, tapi dirinya sendiri tidak mengerjakannya.
Ayat ini sebagai peringatan kepada orang yang melakukan perbuatan seperti itu.