Al-Baqarah ayat 229
Al-Baqarah ayat 228
Al-Baqarah ayat 224
Al-Baqarah ayat 223
Menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Syarah Bukhari, bahwa sebab turunnya ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 223) yang dikenukakan oleh Abi Sa’id, mungkin tidak sampai kepada Ibnu Abbas, sehingga ia meragukannya. Sedang yang dikemukakan oleh Ibnu Umar sanadnya sampai kepada Ibnu Abbas dan Masyhur (terkenal sanadnya).
Al-Baqarah ayat 222
Al-Baqarah ayat 221
Al-Baqarah ayat 219
Al-Baqarah ayat 220
Al-Baqarah ayat 217 - 218
Al-Baqarah ayat 214
Al-Baqarah ayat 215
Al-Baqarah ayat 208
Al-Baqarah ayat 207
Al-Baqarah ayat 204
Al-Baqarah ayat 200 dan 202
Al-Baqarah ayat 199
Al-Baqarah ayat 198
Al-Baqarah ayat 197
Al-Baqarah ayat 196
Al-Baqarah ayat 195
Al-Baqarah ayat 194
Al-Baqarah ayat 190-193
Al-Baqarah ayat 189
Al-Baqarah ayat 188
Al-Baqarah ayat 186
Al-Baqarah ayat 187
- Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Al-Hakim dari ‘Abdurrahman bin Abi Laila, yang bersumber dari Mu’adz bin Jabal. (Hadits ini masyhur dari Ibnu Abi Laila. Walaupun ia tidak mendengar langsung dari Mu’adz bin Jabal, tapi mempunyai sumber lain yang memperkuatnya) : Bahwa para sahabat Nabi Saw menganggap bahwa makan, minum dan menggauli istrinya pada malam hari bulan ramadhan, hanya boleh dilakukan sementara mereka belum tidur. Diantara mereka Qais bin Shirmah dan Umar bin Khattab. Qais bin Shirmah (dari golongan Anshar) merasa kepayahan setelah bekerja pada siang harinya. Karenanya setelah shalat Isya, ia tertidur, sehingga tidak makan dan minum hingga pagi. Adapun Umar bin Khattab menggauli istrinya setelah tertidur pada malam hari bulan Ramadhan. Keesokan harinya ia menghadap kepada Nabi Saw untuk menerangkan hal itu. Maka turunlah ayat “Uhilla lakum lailata shshiami rafatsu….” sampai “atimmu shshiyama ilal-lail” (Al-Baqarah ayat 187).
- Diriwayatkan oleh Bukhari dari Al-Barra: Bahwa seorang sahabat Nabi Saw tidak makan dan minum pada malam bulan ramadhan, karena tertidur setelah tibanya waktu berbuka puasa. Pada malam itu ia tidak makan sama sekali, dan keesokan harinya ia bershaum lagi. Seorang sahabat lainnya bernama Qais bin Shirmah (dari golongan Anshar), ketika tibanya waktu berbuka shaum, meminta makanan kepada istrinya yang kebetulan belum tersedia. Ketika istrinya menyediakan makanan, karena lelahnya bekerja pada siang harinya, Qais bin Shirmah tertidur. Setelah makanan tersedia, istrinya mendapatkan suaminya tertidur. berkatalah ia: “wahai celaka kau.” Pada tengah hari keesokan harinya, Qais Shirmah pingsan. Kejadian ini disampaikan kepada Nabi Saw. Maka turunlah ayat tersebut diatas, sehingga gembiralah kaum Muslimin.
- Para sahabat Nabi Saw apabila tiba bulan ramadhan tidak mendekati istrinya sebulan penuh. Akan tetapi terdapat diantaranya yang tidak dapat menahan nafsunya. Maka turunlah ayat “Alimal lahu annakum kuntum takhtanuna anfusakum fataba ‘alaikum wa’afa ‘ankum” (Al-BAqarah ayat 187) sampai akhir ayat.
- Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim dari Abdullah bin Ka’b bin Malik yang bersumber dari bapaknya: Bahwa pada waktu itu ada anggapan bahwa pada bulan ramadhan yang shaum haram makan, minum dan menggauli istrinya setelah tertidur malam hari sampai ia berbuka shaum keesokan harinya. Pada suatu ketika Umar bin Khattab pulang dari rumah Nabi Saw setelah larut malam. Ia menginginkan menggauli istrinya, tapi istrinya berkata: “saya sudah tidur”. Umar berkata: “Kau tidak tidur”, dan ia pun menggaulinya. Demikian juga Ka’b berbuat seperti itu. Keesokan harinya Umar menceritakan hal dirinya kepada Nabi Saw. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah ayat 187) dari awal sampai akhir ayat.
- Dirirwayatkan oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Sahl bin Sa’id: Bahwa kata “Minal Fajri” dalam surat Al-Baqarah ayat 187 diturunkan berkenaan dengan orang-orang pada malam hari, mengikat kakinya dengan tali putih dan tali hitam, apabila hendak shaum. Mereka makan dan minum sampai jelas terlihat perbedaan antara kedua tali itu. Maka turunlah “Minal Fajri”. Kemudian mereka mengerti bahwa Khaithul Abyadlu minal Khaithil Aswadi itu tiada lain adalah siang dan malam.
- Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah: Bahwa kata “wala tubasyiruhunna wa antum ‘akifuna fil masajidi” dalam ayat tersebut turun berkenaan dengan seorang sahabat yang keluar dari masjid untuk menggauli istrinya disaat ia sedang i’tikaf.
Al-Baqarah ayat 184
Al-Baqarah ayat 178
Al-Baqarah ayat 177
“Bukanlah menghadapkan wajah kamu kearah timur dan barat itu suatu kebaktian. Akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan hartayang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam pertempuran; mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. (Al Baqarah : 177)
Diriwayatkan oleh Abdur-razzaq dari Ma’mar, yang bersumber dari Qatadah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil ‘Aliah: Bahwa Qatadah menerangkan tentang kaum Yahudi yang menganggap bahwa yang baik itu shalat menghadap ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur, sehingga turunlah ayat tersebut di atas (surah Al Baqarah ayat 177).
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnul Mundzir yang bersumber dari Qatadah: Bahwa turunnya ayat tersebut di atas (surah Al Baqarah ayat 177) sehubungan dengan pertanyaan seorang laki-laki yang ditujukan kepada Rasulullah Saw tentang “Al-Birr” (kebaikan). Setelah turun ayat tersebut Rasulullah memanggil kembali orang itu, dan dibacakannya ayat tersebut kepada orang tadi. Peristiwa itu terjadi sebelum diwajibkan shalat fardu. Pada waktu itu apabila seseorang telah mengucapkan “Asyhadu alla ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu warasuuluhu”, kemudian meninggal disaat ia tetap beriman, harapan besar ia mendapat kebaikan. Akan tetapi kaum Yahusi menganggap yang baik itu ialah shalat mengarah ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur.
Al-Baqarah ayat 174
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Ikrimah: Bahwa firman Allah tersebut di atas (Al-Baqarah ayat 174) dan surat Ali Imran ayat 177 diturunkan tentang (kebiasaan) kaum Yahudi (yang menyimpang dari ajaran yang sebenarnya).
Diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa turunnya ayat ini (Al-Baqarah ayat 174) dalam peristiwa sebagai berikut: Pemimpin dan ulama Yahudi biasa mendapat persembahan dan sanjungan rakyat bawahannya. Mereka mengharap agar Nabi yang akan diutus itu diangkat dari kalangan mereka. Ketika Nabi Muhammad diutus bukan dari kalangan Yahudi, mereka takut kehilangan sumber keuntungan, kedudukan dan pengaruh. Mereka ubah sifat-sifat Muhammad yang ada di kitab Taurat, dan mengumumkan kepada pengikutnya dengan berkata: “Inilah sifat Nabi yang akan keluar diakhir zaman dan tidak sama dengan sifat Muhammad ini”.
Al-Baqarah ayat 170
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah!”. Mereka menjawab: “(Tidak)”, tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa turunnya ayat tersebut di atas (Al-Baqarah ayat 170) sehubungan dengan ajakan Rasulullah Saw kepada kaum Yahudi untuk masuk Islam, serta memberikan kabar gembira, memperingatkan mereka akan siksaan Allah serta azab-Nya. Rafi’i bin Huraimallah dan Malik bin ‘Auf dari kaum Yahudi menjawab ajakan ini dengan berkata: “Hai Muhammad! Kami akan mengikuti jejak nenek moyang kami, karena mereka lebih pintar dan lebih baik daripada kami”. Ayat ini turun sebagai teguran kepada orang-orang yang hanya mengikuti jejak nenek moyangnya.
Al-Baqarah ayat 163 - 164
Al-Baqarah ayat 159
Al-Baqarah ayat 158
Al-Baqarah ayat 154
Al-Baqarah ayat 150
Al-Baqarah ayat 142 - 144
Al-Baqarah ayat 135
Al-Baqarah ayat 130
Al-Baqarah ayat 125
Al-Baqarah ayat 120
Al-Baqarah ayat 119
Al-Baqarah ayat 118
Al-Baqarah ayat 115
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka
kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas
(rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Al Baqarah : 115)
Diriwayatkan oleh Muslim, Trmidzi dan Nasa’i yang bersumber dari Ibnu Umar : bahwa Ibnu Umar membacakan ayat ini (Al-Baqarah ayat 115) kemudian menjelaskan peristiwanya sebagai berikut : ketika Rasululah Saw dalam perjalanan dari Mekah ke Madinah salat sunat di atas kendaraan menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraannya.
Diriwayatkan oleh Al-Hakim yang bersumber dari Ibnu Umar, (hadits ini sahih menurut Syarat Muslim, teutama isnadnya) : bahwa turunnya ayat “faainamaa tuwallu ….” sampai dengan akhir ayat (Al-Baqarah ayat 115) membolehkan kita salat sunnat di atas kendaraan menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraannya.
Al-Baqarah ayat 114
Al-Baqarah ayat 113
Al-Baqarah ayat 109
Al-Baqarah ayat 106
Al-Baqarah ayat 108
Al-Baqarah ayat 104
Al-Baqarah ayat 102
Al-Baqarah ayat 99 - 101
Al-Baqarah ayat 97 - 98
"Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril,
maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin
Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta
berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (Al Baqarah : 97)
"Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir". (Al Baqarah : 98)
Diriwayatkan oleh Bukhari yang bersumber dari Anas : bahwa Abdullah bin Salam mendengar akan tibanya Rasulullah disaat dia berada di tempat peristirahatannya. Lalu ia menghadap kepada Rasululah Saw dan berkata : “Sesungguhnya saya akan bertanya kepada tuan tentang tiga hal, yang tidak akan ada yang mengetahui jawabannya kecuali seorang Nabi, (1) apa tanda-tanda pertama hari kiamat. (2) makanan apa yang pertama-tama dimakan ahli surga, dan (3) mengapa si anak menyerupai bapaknya atau kadang-kadang menyerupai ibunya?”. Jawab Nabi Saw : “Baru Jibril memberitahukan hal ini padaku”. Kata Abdullah bin Salam : “Jibril?”. Jawab Rasulullah : “Ya”. Kata Abdullah bin Salam : “Dia itu malaikat yang temasuk musuh kaum Yahudi”. Lalu Nabi membacakan ayat ini (Al Baqarah ayat 97) sebagai teguran kepada orang-orang yang memusuhi malaikat pesuruh Allah.
Al-Baqarah ayat 94
"Katakanlah: "Jika kamu (menganggap bahwa)
kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang
lain, maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar". (Al Baqarah : 94)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Abil’Alaih : bahwa kaum Yahudi berkata : “Tidak akan masuk surga kecuali penganut agama Yahudi”. Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah ayat 94) sebagai sindiran kepada orang-orang yang mengaku ahli surga.
Al-Baqarah ayat 89
"Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu". ((Al Baqarah : 89)
Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitab Almustadrak dan AlBaihaki dalam kitab Ad-Dala’il dengan sanad yang lemah yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa kaum Yahudi Khaibar dahulu memerangi kaum Ghathafan (bangsa Arab). Tiap kali bertempur, kaum Yahudi kalah. Kemudian kaum Yahudi meminta pertolongan dengan do’a : ‘Ya Allah, sesungguhnya kami minta kepada-Mu dengan hak Muhammad, Nabi yang Ummi, yang telah Engkau janjikan kepada kami, akan Engkau utus dia di akhir zaman. Tidakkah Engkau akan menolong kamiuntuk mengalahkan mereka ?”.
Al-Baqarah ayat 80
"Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja". Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" (Al Baqarah : 80)
Diriwayatkan oleh At-Thabarani di dalam kitabnya Al-Kabir, demikian juga Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dari Ibnu Ishak dari Muhammad bin Abi Muhammad dari Ikrimah atau Sa’id bin Jubair yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa di waktu Rasulullah Saw sampai ke Madinah, kaum Yahudi berkata : “Umur dunia ini tujuh ribu tahun. Manusia disiksa tiap seribu tahun dari hari dunia ini sehari di Yaumil-akhir, sehingga jumlahnya hanya tujuh hari saja, dan setelah itu putuslah siksaan itu”. Maka Allah turunkan ayat ini (surat Al Baqarah ayat 80) sebagai bantahan dan peringatan kepada orang-orang yang menganggap dirinya lebih tahu dari Allah SWT.