Al-Baqarah ayat 177

18.21 Add Comment


Bukanlah menghadapkan wajah kamu kearah timur dan barat itu suatu kebaktian. Akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan hartayang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam pertempuran; mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. (Al Baqarah : 177)


Diriwayatkan oleh Abdur-razzaq dari Ma’mar, yang bersumber dari Qatadah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil ‘Aliah: Bahwa Qatadah menerangkan tentang kaum Yahudi yang menganggap bahwa yang baik itu shalat menghadap ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur, sehingga turunlah ayat tersebut di atas (surah Al Baqarah ayat 177).


Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnul Mundzir yang bersumber dari Qatadah: Bahwa turunnya ayat tersebut di atas (surah  Al Baqarah ayat 177) sehubungan dengan pertanyaan seorang laki-laki yang ditujukan kepada Rasulullah Saw tentang “Al-Birr” (kebaikan). Setelah turun ayat tersebut Rasulullah memanggil kembali orang itu, dan dibacakannya ayat tersebut kepada orang tadi. Peristiwa itu terjadi sebelum diwajibkan shalat fardu. Pada waktu itu apabila seseorang telah mengucapkan “Asyhadu alla ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu warasuuluhu”, kemudian meninggal disaat ia tetap beriman, harapan besar ia mendapat kebaikan. Akan tetapi kaum Yahusi menganggap yang baik itu ialah shalat mengarah ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur.

Al-Baqarah ayat 174

15.29 Add Comment
Al-Baqarah ayat 174

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Ikrimah: Bahwa firman Allah tersebut di atas (Al-Baqarah ayat 174) dan surat Ali Imran ayat 177 diturunkan tentang (kebiasaan) kaum Yahudi (yang menyimpang dari ajaran yang sebenarnya).

Diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa turunnya ayat ini (Al-Baqarah ayat 174) dalam peristiwa sebagai berikut: Pemimpin dan ulama Yahudi biasa mendapat persembahan dan sanjungan rakyat bawahannya. Mereka mengharap agar Nabi yang akan diutus itu diangkat dari kalangan mereka. Ketika Nabi Muhammad diutus bukan dari kalangan Yahudi, mereka takut kehilangan sumber keuntungan, kedudukan dan pengaruh. Mereka ubah sifat-sifat Muhammad yang ada di kitab Taurat, dan mengumumkan kepada pengikutnya dengan berkata: “Inilah sifat Nabi yang akan keluar diakhir zaman dan tidak sama dengan sifat Muhammad ini”.

Al-Baqarah ayat 170

15.02 Add Comment
Al-Baqarah ayat 170

Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah!”. Mereka menjawab: “(Tidak)”, tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa turunnya ayat tersebut di atas (Al-Baqarah ayat 170) sehubungan dengan ajakan Rasulullah Saw kepada kaum Yahudi untuk masuk Islam, serta memberikan kabar gembira, memperingatkan mereka akan siksaan Allah serta azab-Nya. Rafi’i bin Huraimallah dan Malik bin ‘Auf dari kaum Yahudi menjawab ajakan ini dengan berkata: “Hai Muhammad! Kami akan mengikuti jejak nenek moyang kami, karena mereka lebih pintar dan lebih baik daripada kami”. Ayat ini turun sebagai teguran kepada orang-orang yang hanya mengikuti jejak nenek moyangnya.