Ali-Imran ayat 99 – 103

20.59 Add Comment



“Katakanlah: “hai ahli kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?” Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan”. (Ali Imran : 99)

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman”. (Ali Imran : 100)

“Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (Agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (Ali Imran : 101)

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (Ali Imran : 102)

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (Agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadikan kamu dengan nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Ali Imran : 103)


Diriwayatkan oleh Al-Faryabi dari Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa ketika kaum Aus dan Khajrajj duduk-duduk, berceritalah mereka tentang permusuhannya di zaman Jahiliyyah, sehingga bangkitlah amarahnya, sehingga masing-masing memegang senjatanya. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali Imran : 101, 102, 103) yang melerai mereka.

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishak dan Abus-Syaikh yang bersumber dari Zaid bin Aslam: Bahwa seorang Yahudi yang bernama Syash bin Qais, lalu di hadapan kaum Aus dan Khajraj yang sedang bercakap-cakap riang gembira. Si Yahudi tadi merasa benci melihat keintiman mereka, padahal asalnya bermusuhan. Ia menyuruh seorang pemuda anak buahnya untuk ikut serta bercakap-cakap dengan mereka dan membangkitkan cerita di zaman Jahiliyyah waktu pertempuran Bu’ats. Mulailah kaum Aus dan Khajraj berselisih dan menyombongkan kegagahan masing-masing, sehingga tampillah Aus bin Qaizhi dari golongan Aus, dan Jabbar bin Sakhr dari golongan Khajraj caci mencaci dan menimbulkan amarah kedua belah pihak serta berloncatlah untuk berkelahi. Hal ini sampai kepada Rasulullah Saw sehingga beliau segera datang dan memberi nasehat serta mendamaikannya. Mereka tunduk dan taat. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali Imran : 100), berkenaan dengan Aus dan Jabbar serta orang-orang yang menjadi pengikutnya, dan surat Ali-Imran ayat 99 berkenaan dengan Syash bin Qais yang telah mengadu domba kaum Muslimin.

Ali-Imran ayat 97

20.57 Add Comment


“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah; yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan kepadanya. Barangsiapa yang kafir (terhadap kewajiban haji), maka bahwasanya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan  sesuatu) dari semesta alam”.

Diriwayatkan oleh Sa’id bin Mansur yang bersumber dari ‘Ikrimah: Bahwa ketika turun ayat 85 surat Ali-Imran berkatalah kaum Yahudi: “Sebenarnya kami ini Muslimin”. Bersabdalah Nabi Saw kepada mereka: “Allah telah mewajibkan kaum Muslimin naik Haji ke Baitullah”. Mereka berkata: “Tidak diwajibkan kepada kami”. Mereka menolak menjalankan ibadah haji. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali-Imran : 97) yang menegaskan kewajiban seorang muslim, sedang yang menolak melaksanakannya adalah kafir”.

Ali-Imran ayat 85 - 89

21.43 4 Comments


Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi”. (Ali Imran : 85)
“Bagaimana Allah akan memimpin suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar Rasul, dan keterangan-keterangan pun telah datang kepada mereka? Allah tidak memimpin orang-orang yang lalim”. (Ali Imran : 86)
“Mereka itu, balasannya ialah: Bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya”. (Ali Imran : 87)
“Mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh”. (Ali Imran : 88)
“Kecuali orang-orang yang tobat sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Ali Imran : 89)

Diriwayatkan oleh An-Nasai, Ibnu Hibban dan Al-Hakim yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa seorang laki-laki dari kaum Anshar murtad setelah masuk Islam, dan Ia menyesal atas kemurtadannya. Ia minta kepada kaumnya untuk mengutus seseorang menghadap kepada Rasulullah Saw untuk menanyakan apakah diterima tobatnya. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali-Imran : 85 – 89), dan disampaikan oleh utusan itu kepadanya sehingga ia Islam kembali.

Diriwayatkan oleh Musaddad di dalam musnadnya dan Abdurrazaq yang bersumber dari Mujahid: Bahwa Al-Harts bin Suwaid menghadap kepada Nabi Saw dan masuk Islam. Kemudian pulang kepada kaumnya dan kufur lagi. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali-Imran : 85 – 89). Ayat itu dibacakan kepadanya oleh salah seorang kaumnya. Maka berkatalah Al-Harts: “Sesungguhnya engkau benar, dan Rasulullah lebih benar daripadamu, dan sesungguhnya Allah yang paling benar diantara tiga”. Kemudian ia kembali masuk Islam dan menjadi seorang Islam yang patuh.

Ali-Imran ayat 79 dan 80

20.35 Add Comment
Ali-Imran ayat 79 dan 80
“Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: ‘Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembah bagiku, bukan penyembah-penyembah bagi Allah’. Akan tetapi (dia berkata): ‘Hendaklah kaum menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan karena kamu tetap mempelajarinya’” (Ali-Imran : 79)
“Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan Malaikat dan para Nabi sebagai Tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?” (Ali-Imran : 80)

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishak dan Baihaki yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa ketika pendeta-pendeta kaum Yahudi dan kaum Nashara Najran berkumpul di hadapan Rasulullah Saw dan diajak masuk Islam, berkatalah Abu Rafi’ Al-Quradzi: “Apakah tuan menginginkan agar kami menyembah tuan seperti Nashara menyembah Isa?” Rasulullah menjawab: “Ma’adzallah (Aku berlindung kepada Allah daripada itu)”. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Ali-Imran : 79, 80) sebagai sanggahan bahwa tiada seorang Nabi pun mengajak umatnya untuk menyembah dirinya sendiri.
Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq di dalam tafsirnya yang bersumber darii Al-Hasan: Bahwa seorang laki-laki menghadap Rasulullah Saw dan berkata: “Ya Rasulallah, apakah mengucapkan salam kepada tuan sebagaimana memberi salam kepada teman kami, apakah tidak perlu sujud kepada tuan?” Nabi menjawab: “Jangan, cukup kamu menghormati Nabimu dan beritahukan yang Hak kepada yang layak kamu beritahu, karena sesungguhnya tidak dibenarkan bersujud kepada selain Allah”. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Ali-Imran : 79, 80) sebagai penegasan atas ucapan Rasulullah Saw.

Ali-Imran ayat 77

21.31 Add Comment
Ali-Imran ayat 77
“Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih”.

Diriwayatkan oleh As-Syaikhani dan yang lainnya yang bersumber dari Al-Asy’Ats: Bahwa Al-Asy’Ats mengadu kepada Rasulullah Saw karena tanah miliknya direbut oleh seorang Yahudi. Nabi bersabda kepada Al-Asy’Ats: “Apakah kau mempunyai bukti?” Jawab Al-Asy’Ats: “Tidak”. Bersabdalah Nabi Saw kepada Yahudi: “Bersumpahlah kau!”. Al-Asy’Ats berkata: “Kalau begitu, dia berani bersumpah, dan akan hilang hartaku”. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Ali-Imran : 77) sebagai peringatan kepada orang yang mau bersumpah palsu”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Abdullah bin Abi Aufa: Bahwa ada seorang yang berdagang di pasar, menjual barang dagangannya, kemudian bersumpah atas nama Allah bahwa barangnya telah diserahkan padahal ia belum memberikannya. Perbuatan itu dilakukan kepada orang-orang Islam. Maka turunlah ayat tersebut di atas sebagai peringatan kepada orang yang mau bersumpah palsu”.
Keterangan:
Menurut Al-Hafidl Ibnu Hajar dalam Syarah Bukhari, kedua hadits tersebut di atas tidaklah bertentangan, bahkan bisa jadi turunnya ayat ini berkenaan dengan kedua peristiwa itu.

Diriwayatkan oleh Ibnu jarir yang bersumber dari ‘Ikrimah: "Bahwa ayat ini turun berkenaan dengan kaum Yahudi yang bernama Hay bin Akhtab dan Ka’b bin Al-Asyraf dan yang lainnya, yang  menyembunyikan apa yang diturunkan Allah di dalam Taurat, dan menggantinya. Kemudian bersumpah, bahwa apa yang mereka kemukakan itu dari Allah.
Keterangan:
Menurut Al-Hafidl Ibnu Hajar, ayat ini mungkin diturunkan karena beberapa sebab.

Ali-Imran ayat 71 – 73

21.23 Add Comment
Ali-Imran ayat 71 – 73
“Hai Ahli kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang hak dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran padahal kamu mengetahui?” (Ali-Imran : 71)
“Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): ‘Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (Sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya supaya mereka (orang-orang Mukmin) kembali (kepada kekafiran)”. (Ali-Imran : 72)
“Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu”. Katakanlah: “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Ali-Imran : 73)

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishak yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa Abdullah bin As Shaif, ‘Adi bin Zaid dan Al-Harts bin ‘Auf mengadakan pembicaraan untuk beriman pada pagi hari dan kufur pada sore hari pada apa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad dan diikuti sahabat-sahabatnya, sehingga dapat mengaburkan agama mereka dan mencontoh perbuatannya sampai keluar dari agama mereka. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Ali-Imran : 71, 72, 73) yang memperingatkan umat Islam agar jangan mengaburkan hak dengan yang bathil.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari As-Suddi yang bersumber dari Abi Malik: Bahwa pendeta-pendeta Yahudi melarang anak buahnya untuk percaya kepada orang yang tidak menuruti agamanya. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Ali-Imran : 73) yang menegaskan bahwa petunjuk Allah adalah petunjuk yang sebenarnya.

Ali-Imran ayat 65

20.12 Add Comment


“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berfikir”. (Ali Imran : 65)

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishak dengan sanadnya yang berulang-ulang yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa kaum Nashara Najran dan padri-padri kaum Yahudi berkumpul, berselisih dan bertengkar di hadapan Rasulullah Saw. Berkatalah padri-padri Yahudi: “Sesungguhnya Ibrahim itu Yahudi”. Kaum Nashara berkata: “Ibrahim itu tidak lain adalah Nashara”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali-Imran : 65) sebagai teguran atas hal yang dipertengkarkan itu.

Ali-Imran ayat 58 – 62

20.12 Add Comment
Ali-Imran ayat 58 – 62
“Demikianlah (kisah Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagaian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan Al-Quran yang penuh hikmah”. (Ali-Imran : 58)
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menjadikan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia” (Ali-Imran : 59)
“(Apa yang telah kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu”. (Ali-Imran : 60)
“Siapa yang membantahmu tentang cerita Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri-diri kami dan diri-diri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta”. (Ali-Imran : 61)
“Sesungguhnya ini adalah cerita yang benar dan tak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”. (Ali-Imran : 62)

Diriwayatkan oleh Al-Baihaki di dalam Kitab Ad-Dalail dari Salamah bin Abi Yasyu’ dari bapaknya, yang bersumber dari datuknya: Bahwa sebelum turun ayat 31 surat Al-Qashash, Rasulullah Saw menulis surat kepada orang Najran seperti berikut: “Dengan nama Tuhan Ibrahim dan Ishak dan Ya’qub, dari Muhammad Nabi Allah…..” sampai akhir hadits. Dan selanjutnya dalam hadits itu dikemukakan bahwa kaum Najran mengutus Syarahbil Al-Ashbahi dan Jabbar Al-Hartsi untuk menghadap kepada Rasulullah Saw dan terjadilah dialog, akan tetapi masih tertunda satu masalah, yaitu pertanyaan mereka: “Bagaimana pendapat tuan tentang Isa?”. Nabi Muhammad: “Belum ada isyarat padaku tentang itu, tapi cobalah kalian bermalam sampai besok, agar aku dapat terangkan hal itu. Keesokan harinya turunlah ayat tersebut di atas (Ali-Imran : 59, 60, 61, 62) yang menegaskan siapa Isa.
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Kitab At-Thabaqat yang bersumber dari Al-Azraq bin Qais: Bahwa ketika Uskup Najran dan wakilnya menghadap kepada Nabi Saw, Nabi Saw menjelaskan kepada keduanya tentang Islam. Mereka berkata: “Kami telah lebih dahulu masuk Islam sebelum tuan”. Sabda Nabi Saw: “Kalian telah berdusta, karena ada tiga hal yang menghalangi kalian masuk Islam yaitu: 1).Kalian mengatakan bahwa Tuhan mempunyai anak, 2).Kalian makan daging babi, dan 3).Kalian bersujud kepada patung”. Kedua orang itu bertanya: “Kalau begitu siapakah bapak Isa”. Pada waktu itu Rasulullah tidak mengetahui begaimana harus menjawabnya. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali-Imran : 59, 60, 61, 62) sebagai tuntunan kepada Rasulullah Saw untuk menjawabnya. Kemudian Rasulullah mengajak mengadakan mula’anah, akan tetapi mereka menolak dan memilih membayar jizyah (upeti). Maka pulanglah mereka.

Ali-Imran ayat 31

20.11 1 Comment
Ali-Imran ayat 31
“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu; Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Al-Hasan: Bahwa ada suatu kaum di zaman Nabi Saw yang berkata: “Demi Allah hai Muhammad, sesungguhnya kami benar-benar yakin cinta kepada Tuhan kami”. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas sebagai tuntunan bagaimana seharusnya mencintai Allah.

Ali-Imran ayat 28

20.11 Add Comment
Ali-Imran ayat 28
Janganlah orang-orang Mukmin mengambil orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang Mukmin. Barangsiapa yang berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa Al-Hajjaj bin ‘Amr yang mewakili Ka’b bin Al-Asyraf dan Ibnu Abil Hakiq serta Qais bin Zaid (tokoh-tokoh Yahudi) telah memikat segolongan kaum Anshar untuk memalingkan mereka dari agamanya. Rifa’ah bin Al-Mundzir, Abdullah bin Jubair serta Sa’d bin Hatsamah memperingatkan orang-orang Anshar tersebut dengan berkata: “Hati-hatilah kalian dari pikatan mereka, dan janganlah terpalingkan dari agama kalian. Mereka menolak peringatan itu. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Ali-Imran : 28) sebagai peringatan untuk tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai pelindung Mukminin.

Ali-Imran ayat 26

20.10 Add Comment


“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau beri kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa Atas segala sesuatu”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Qatadah: Bahwa Rasulullah Saw memohon kepada Allah SWT agar raja Rum dan Persia menjadi umatnya. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali-Imran : 26) sebagai tuntunan dalam berdoa mengenai hal itu.

Ali-Imran ayat 23 dan 24

07.27 Add Comment
Ali-Imran ayat 23 dan 24
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al-Kitab (Taurat), mereka diseru kepada Kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling; dan mereka selalu membelakangi (kebenaran)”.
“Hal itu adalah karena mereka mengaku: “Kami tidak akan disentuh oleh api neraka selain beberapa hari yang dapat dihitung”. Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnul Mundzir dari ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa Rasulullah Saw datang ke tempat pendidikan Taurat kaum Yahudi untuk mengajak mereka kembali kepada Allah. Berkatalah Nu’aim bin Amr dan Al-Harts bin Zaid: “Engkau ini pemeluk agama apa, hai Muhammad?”. Beliau menjawab: “Aku pengikut agama Ibrahim”. Mereka berkata: “Ibrahim itu adalah Yahudi”. Maka Rasulullah Saw menjawab lagi: “Kalau begitu mari kita kembali kepada Taurat pemersatu kita”. Kedua orang itu menolak kembali kepada Taurat. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali-Imran : 23-24) yang menegaskan bahwa mereka tidak akan mau diajak kembali kepada Taurat, karena tertipu oleh pemimpin-pemimpin mereka.

Ali-Imran ayat 12 dan 13

07.26 Add Comment


“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: “Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahanam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya”. (Ali Imran : 12)

“Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur), yang segolongan berjihad di jalan Allah dan (golongan) yang lain kafir. Mereka dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang Muslimin dua kali sebanyak mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya  pada yang demikian itu ada pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan mata hati”. (Ali Imran : 13)

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam sunannya, Al-Baihaki dalam Ad-Dalail, dari Ibnu Ishak, dari Muhammad bin Abi Muhammad, dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa ketika kaum Mukminin mengalahkan orang-orang Quraisy pada peristiwa Badar, dan pulang ke Madinah, Rasulullah Saw mengumpulkan orang-orang Yahudi di Pasar Bani Qainuqa, dan bersabda: “Wahai kaum Yahudi!, masuk Islamlah kalian sebelum Allah menimpakan kepada kalian apa yang dialami kaum Quraisy”. Mereka menjawab: “Hai Muhammad! Janganlah kau tertipu oleh dirimu sendiri atas kemenangan terhadap golongan Quraisy yang bodoh dan tidak mengetahui strategi pertempuran. Demi Allah, sekiranya engkau memerangi kami, engkau akan tahu bahwa kami adalah jantan yang tiada taranya”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali Imran : 12-13) sebagai penegasan atas kemampuan umat Islam dalam mengalahkan mereka atas pertolongan Allah SWT.

Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari ‘Ikrimah: Bahwa seorang Yahudi yang bernama Fanhas berkata di waktu peristiwa Badar: “Muhammad tidak akan tertipu oleh kemenangann terhadap kaum Quraisy, karena Quraisy memang tidak pandai dalam pertempuran”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali Imran : 12-13) sebagai penegasan bahwa umat Islam akan mendapat kemenangan atas pertolongan Tuhan.

Ali-Imran ayat 1-3

07.26 Add Comment
Ali-Imran ayat 1-3
“Alif laam miim”
“Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi senantiasa berdiri sendiri”.
“Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ar-Rabi’: Bahwa turunnya beberapa ayat dari surat Ali Imran antara ayat 1 sampai 80 lebih, penjelasan yang diberikan kepada Nabi Saw atas kedatangan kaum Nashara yang mempersoalkan Nabi Isa as.
Keterangan:
Menurut riwayat Ibnu Ishak yang bersumber dari Muhammad bin Sahl bin Abi Umamah, yang datang menghadap Rasulullah Saw itu ialah kaum Nashara Najran. Demikian juga menurut riwayat Al-BAihaki dalam kitab Ad-Dalail.

Al-Baqarah ayat 284 - 286

11.01 Add Comment
Al-Baqarah ayat 284 - 286
(Al-Baqarah:284): “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siap yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
(Al-Baqarah:285): “Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari Rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat” (mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”.
(Al-Baqarah:286): “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat (siksa dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum kami, jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.
Diriwayatkan oleh Muslim dan lain-lainnya yang bersumber dari Abi Hurairah. Begitu juga diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas: “Wa in tubdu ma fi anfusikum au tukhfuhu yuhasibkum bihillah” (Al-Baqarah : 284), para sahabat merasa berkeberatan, sehingga datang kepada Rasulullah sambil berlutut memohon keringanan dengan berkata: “Kami tidak mampu mengikuti ayat ini”. Nabi Saw bersabda: “Apakah kalian akan berkata ‘sami’na wa ‘ashaina’ seperti yang diucapkan oleh dua ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) yang sebelum kamu? Ucapkanlah  ‘sami’na wa atha’na ghufranaka rabbana wa-ilaikal mashir’. Setelah dibacakannya kepada para sahabat dan terbiasakan lidahnya, turunlah (Al-Baqarah : 285) tersebut, dan turunlah ayat selanjutnya (Al-Baqarah : 286).

Al-Baqarah ayat 278 - 279

11.01 Add Comment
Al-Baqarah ayat 278 - 279
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut). Jika kamu orang-orang yang beriman”.
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”.
Diriwayatkan oleh Abu Ya’la di dalam musnadnya dan Ibnu Mandah dari Al-Kalbi dari Abi Shaleh, yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa turunnya ayat di atas (Al-Baqarah : 278 - 279) berkenaan dengan pengaduan bani Mughirah kepada Gubernur Mekah setelah Fathu Makkah, yaitu ‘Attab bin As-yad tentang hutang-hutangnya yang ber-riba sebelum ada hukum penghapusan riba, kepada Banu ‘Amr bin ‘Auf dari suku Tsaqif. Bani Mughirah berkata kepada ‘Attab bin As-yad: “Kami adalah manusia yang paling menderita akibat dihapusnya riba. Kami ditagih membayar riba oleh orang lain, sedang kami tidak mau menerima riba karena mentaati hukum penghapusan riba”.
Maka berkata Banu ‘Amr: “Kami minta penyelesaian atas tagihan riba kami”. Maka Gubernur ‘Attab menulis surat kepada Rasulullah Saw yang dijawab oleh Nabi Saw sesuai dengan ayat di atas.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Ikrimah: Bahwa Banu Tsaqif ini antara lain terdiri atas: Mas’ud, Habib, Rabi’ah dan Abdu Yalail. Mereka ini termasuk Banu ‘Amr dan Banu Umair.

Al-Baqarah ayat 274

11.00 Add Comment

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya, di malam dan siang hari secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Al Baqarah : 274)

Diriwayatkan oleh At-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim dari Yazid bin Abdullah bin Gharib dari bapaknya, yang bersumber dari datuknya: Bahwa turunnya ayat ini (Al Baqarah : 274) berkenaan dengan orang-orang yang menginfakkan kudanya (untuk jihad fi sabilillah).
Keterangan: Yazid dan bapaknya (Abdullah) majhul (tidak dikenal).

Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim dan At-Thabrani dengan sanad yang dha’if, yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa turunnya ayat ini (Al Baqarah : 274) berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib yang mempunyai empat dirham. Ia mendermakan satu dirham pada malam hari, satu dirham pada siang hari, satu dirham secara diam-diam, dan satu dirham lagi secara terang-terangan.

Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Ibnu Musayyab: Bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abdurrahman bin ‘Auf dan Utsman bin Affan yang memberi derma kepada “Jaisyul Usrah” (pasukan yang dibentuk di musim paceklik), untuk pertempuran Tabuk.

Al-Baqarah ayat 272

11.00 Add Comment
Al-Baqarah ayat 272
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di Jalan Allah), maka pahalanya untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup dan sedikitpun kamu tidak akan dianiaya”.
Diriwayatkan oleh An-Nasai, Al-Hakim, Al-Bazzar, At-Thabrani dan yang lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa ada orang-orang yang tidak rela memberi sedikitpun dari hartanya kepada keluarganya yang musyrik. Ketika mereka bertanya kepada Rasulullah Saw, beliau membenarkannya. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 272) yang membolehkan memberi sedekah kepada kaum musyrik.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa Nabi Saw melarang umatnya bersedekah, kecuali bersedekah kepada kaum muslimin. Setelah turun ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 272) beliau memerintahkan memberi sedekah kepada orang beragama apapun yang datang meminta kepadanya.

Al-Baqarah ayat 267

10.59 Add Comment
Al-Baqarah ayat 267
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Sangat Terpuji”.
Diriwayatkan oleh Al-Hakim, Tirmidzi, Ibnu Majah dan lain-lainnya yang bersumber dari Al-Barra: Bahwa turunnya ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 267) berkenaan dengan kaum Anshar yang mempunyai kebun kurma. Ada yang mengeluarkan zakatnya sesuai dengan penghasilannya, tetapi ada juga yang tidak suka berbuat baik. Mereka menyerahkan kurma yang berkualitas rendah dan busuk. Ayat tersebut di atas sebagai teguran atas perbuatan mereka.
Diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasai dan Al-Hakim yang bersumber dari Sahl bin Hanif: Bahwa ada orang-orang yang memilih kurma yang jelek untuk dizakatkan. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 267) sebagai teguran atas perbuatan mereka.
Diriwayatkan oleh Al-Hakim yang bersumber dari Jabir: Bahwa Nabi Saw memerintahkan berzakat fitrah dengan satu sha’ kurma. Pada waktu itu datanglah seorang laki-laki membawa kurma yang sangat rendah kualitasnya. Maka turunlah ayat tersebut di atas sebagai petunjuk supaya mengeluarkan yang baik dari hasil kasabnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa para sahabat Nabi Saw ada yang membeli makanan yang murah untuk disedekahkan. Maka turunlah ayat tersebut di atas sebagai petunjuk kepada mereka.

Al-Baqarah ayat 257

10.59 Add Comment
Al-Baqarah ayat 257
“Allah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan-setan mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran), mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Abdah bin Abi Lubabah: Bahwa awal ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 257) sampai dengan “ilannuur”, ditujukan kepada mereka yang beriman kepada Isa, dan setelah Muhammad Saw diutus mereka pun iman juga kepadanya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid: Bahwa ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 257) ditujukan kepada kaum yang beriman kepada Isa dan yang tidak iman kepadanya. Setelah Nabi Muhammad Saw diutus, yang iman kepada Isa kufur kepada Muhammad dan yang kufur kepada Isa iman kepada Muhammad.

Al-Baqarah ayat 256

10.58 Add Comment
Al-Baqarah ayat 256
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasai dan Ibnu Hibban yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa sebelum Islam datang, ada seorang wanita yang selalu kematian anaknya. Ia berjanji kepada dirinya, apabila ia mempunyai anak dan hidup akan dijadikan Yahudi. Ketika Islam datang dan kaum Yahudi Banin Nadzir diusir dari Madinah (karena pengkhianatannya), ternyata anak tersebut dan beberapa anak lainnya yang sudah termasuk keluarga Anshar, terdapat bersama-sama kaum Yahudi. Berkatalah kaum Anshar: “Jangan kita biarkan anak-anak kita bersama mereka”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 256) sebagai teguran bahwa tidak ada paksaan dalam Islam.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa turunnya ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 256) berkenaan dengan Hushain dari golongan Anshar, suku Bani Salim bin ‘Auf yang mempunyai dua orang anak yang beragama Nasrani, sedang ia sendiri seorang Muslim. Ia bertanya kepada Nabi Saw: “Bolehkah saya paksa kedua anak itu, karena mereka tidak taat kepadaku, dan tetap ingin beragama Nasrani?”. Allah menjelaskan jawabannya dengan ayat tersebut bahwa tidak ada paksaan dalam Islam.

Al-Baqarah ayat 245

10.58 Add Comment
Al-Baqarah ayat 245
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya, Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Umar: Bahwa ketika turun ayat “Matsalulladzina yunfiquna amwalahum fi sabilillahi kamatsali habbatin…..” sampai akhir ayat (A-Baqarah : 261), berdoalah Rasulullah Saw: “Ya Robbi! Semoga Allah melipatgandakan untuk umatku”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 245) yang menjanjikan akan melipatgandakannya tanpa batas.

Al-Baqarah ayat 240

10.57 Add Comment


“Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antaramu dan meninggalkan istri, hendaklah berwasiat untuk istri-istrinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dengan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma’ruf pada diri mereka. Dan Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”. (Al Baqarah : 240)

Diriwayatkan oleh Ishak bin Rahawaih dalam tafsirnya yang bersumber dari Muqatil Ibnu Hibban: Bahwa seorang laki-laki dari Thaif datang ke Madinah bersama anak istri dan kedua orang tuanya, yang kemudian meninggal dunia di sana. Hal ini disampaikan kepada Nabi Saw. Beliau membagikan harta peninggalannya kepada anak-anak dan ibu bapaknya, sedang istrinya tidak diberi bagian, hanya mereka yang diberi bagian diperintahkan untuk memberi belanja kepadanya dari tirkah suaminya itu, selama satu tahun. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 240) yang membernarkan tindakan Rasulullah Saw untuk memberi nafkah selama setahun kepada istri yang ditinggalkan mati oleh suaminya.

Al-Baqarah ayat 241

10.57 Add Comment
Al-Baqarah ayat 241
Kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh suaminya) mut’ah menurut yang ma’ruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang bertaqwa”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Zaid: Bahwa ketika turun ayat “wamatti’uhunna ’alal musi’i qadaruhu wa’alal muqtiri qadaruhu” (Al-Baqarah : 236) berkatalah seorang laki-laki: “Jika keadaanku sedang baik, akan aku lakukan, tapi jika aku tidak mau, aku tidak akan melakukannya”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 241) yang menegaskan kewajiban suami untuk memberi bekal kepada istrinya yang telah diceraikan.

Al-Baqarah ayat 238

22.28 Add Comment
Al-Baqarah ayat 238
Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk”.
Diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bukhari di dalam tarikhnya, Abu Daud, Baihaki dan Ibnu Jarir, yang bersumber dari Zaid bin Tsabit: bahwa Nabi Saw shalat dhuhur di waktu hari sangat panas. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 238) yang menyuruh melaksanakannya walau bagaimanapun beratnya.
Diriwayatkan oleh Ahmad, An-Nasai dan Ibnu Jarir yang bersumber dari Zaid bin Tsabit: dikembangkan bahwa Nabi Saw shalat dhuhur di waktu hari sangat panas. Di belakang Rasulullah tidak lebih dari satu atau dua shaf saja yang mengikutinya, dan kebanyakan di antara mereka sedang tidur siang, ada pula yang karena sibuk berdagang. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah ayat 238).
Diriwayatkan oleh Imam yang enam dan yang lainnya yang bersumber dari Zaid bin Arqam: Bahwa di zaman Rasulullah Saw orang-orang bercakap-cakap dengan kawan yang ada di sampingnya di saat mereka shalat. Maka turunlah ayat “waqumu lillahi qanitin” yang memerintahkan supaya diam di waktu shalat dan melarang bercakap-cakap.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid: Bahwa ada orang-orang yang bercakap-cakap di waktu shalat, dan ada yang menyuruh temannya menyelesaikan keperluannya. Maka turunlah ayat “waqumu lillahi qanitin”, yang memerintahkan supaya khusyuk di waktu shalat.

Al-Baqarah ayat 232

22.27 Add Comment
Al-Baqarah ayat 232
“Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara ma’ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi dan lain-lainnya yang bersumber dari Ma’qil bin Yasar. Dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Marduwaih dari beberapa sumber: Bahwa Ma’qil bin Yasar mengawinkan saudaranya kepada seorang laki-laki muslim. Beberapa lama kemudian, dicerainya dengan satu talak. Setelah habis iddahnya, mereka berdua ingin kembali lagi. Maka datanglah laki-laki tadi bersama-sama Umar bin Khattab untuk meminangnya. Ma’qil menjawab: “Hai orang celaka! Aku memuliakan kau, dan aku kawinkan kau dengan saudaraku, tapi kau ceraikan dia. Demi Allah, ia tidak akan kukembalikan kepadamu”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 232), yang melarang wali menghalangi hasrat perkawinan kedua orang itu.
Ketika Ma’qil mendengar ayat itu, ia berkata: “Aku dengar dan kutaati Tuhanku”. Ia memanggil orang itu dan berkata: “Aku kawinkan kau kepadanya dan aku memuliakan kau”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Abu Dawud dan Tirmidzi yang bersumber dari As-Suddi: Bahwa turunnya ayat ini (Al-Baqarah : 232) berkenaan dengan Jabir bin Abdillah Al-Anshari yang mempunyai saudara misan yang telah dicerai oleh suaminya satu talak. Setelah habis iddahnya, bekas suaminya datang kembali, akan tetapi Jabir tidak mau meluluskan pinangannya, padahal si wanita itu ingin kembali kepada bekas suaminya. Ayat ini melarang wali menghalangi hasrat perkawinan kedua orang itu.
Riwayat yang bersumber dari Ma’qil lebih shahih dan lebih kuat.

Al-Baqarah ayat 231

22.27 Add Comment
Al-Baqarah ayat 231
“Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu (dekat) sampai iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma’ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma’ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudaratan karena dengan demikian maka sungguh ia telah berbuat dhalim terhadap dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu al-kitab dan al-hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertaqwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Al-‘Ufi yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa seorang laki-laki yang menceraikan istrinya, kemudian merujuknya sebelum habis masa iddahnya terus menceraikannya lagi dengan maksud menyusahkan dan mengikat istrinya agar tidak kawin dengan yang lain. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 231)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari As-Suddi: Bahwa turunnya ayat ini (Al-Baqarah : 231) berkenaan dengan Tsabit bin Yasar Al-Anshari yang mentalak istrinya, dan setelah hampir habis masa iddahnya ia merujuk lagi, dan menceraikannya lagi dengan maksud menyakiti istrinya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Umar dalam musnadnya, dan Ibnu Marduwaih, yang bersumber dari Abid-Darda. Diriwayatkan pula oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Ubadah bin Shamit. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Abbas. Dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Al-Hasan yang mana haditsnya mursal: Bahwa seorang laki-laki mentalak istrinya, kemudian berkata: “Sebenarnya aku hanya main-main saja”. Kemudian ia merdekakan hambanya tetapi tidak lama kemudian ia berkata: “Aku hanya main-main saja”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-Baqarah : 231) sebagai teguran akan perbuatan seperti itu.