Ali-Imran ayat 161

02.29 Add Comment


“Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan (ghanimah). Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan (ghanimah) itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya”. (Ali Imran : 161)

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa turunnya ayat ini (Ali Imran ayat 161) berkenaan dengan hilangnya sehelai permadani merah (ghanimah yang belum dibagikan) di waktu peristiwa Badar. Berkatalah beberapa orang yang ada: “Barangkali Rasulullah yang mengambilnya”. Ayat ini turun sebagai bantahan terhadap tuduhan tersebut.
Menurut Tirmidzi hadits ini Hasan.

Diriwayatkan oleh At-Thabarani dalam kitab ‘Al-Kabir dengan sanad yang kuat yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa Rasulullah Saw berkali-kali mengutus pasukan ke medan jihad. Pada suatu waktu, ada pasukan yang kembali dan diantaranya ada yang membawa ghulul berupa kepala uncal dari mas. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali Imran ayat 161) sebagai larangan mengambil rampasan (ghanimah) sebelum dibagikan oleh Amir (pimpinan).

Ali-Imran ayat 165

02.29 Add Comment
Ali-Imran ayat 165
“Mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peristiwa Uhud). Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peristiwa Badar) kamu berkata: “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari kesalahanmu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Umar bin Khattab: Bahwa Umar bin Khattab berkata: “Menderitanya orang-orang di dalam peristiwa Uhud akibat perbuatan mereka mengambil fida di Badar. Pada waktu peristiwa Uhud itu ada tujuh puluh sahabat yang mati syahid sebagian lari pontang-panting, terdesak, bercerai-berai, bahkan gigi Rasulullah yang keempat patah, topi besinya pecah sehingga berlumuran darah di mukanya”.
Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Ali-Imran ayat 165) sebagai peringatan bahwa penderitaan tersebut akibat perbuatan mereka sendiri.

Ali-Imran ayat 169

02.29 2 Comments
Ali-Imran ayat 169
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki”.

Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Al-Hakim yang bersumber dari Ibnu Abbas. Diriwayatkan pula oleh Tirmidzi yang bersumber dari Jabir: Bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Allah menjadikan arwah saudara-saudaramu yang gugur di peristiwa Uhud sebagai burung-burung hijau yang mengunjungi sungai di surga dan makan buah-buahannya. Sampai menghampiri lampu mas dibawah naungan ‘Arsy. Ketika mereka mendapatkan makanan yang enak, minuman yang lezat dan tempat tidur yang empuk, mereka berkata: “Alangkah baiknya jika teman-teman kita mengetahui apa yang Allah telah jadikan untuk kita, sehingga mereka itu tidak segan berjihad dan tidak mundur dari pertempuran”. Allah berfirman kepada mereka: “Aku akan sampaikan hal kalian kepada mereka. Maka turunlah ayat tersebut (Ali-Imran ayat 169) yang menceritakan keadaan para syuhada”.

Ali-Imran ayat 143

02.27 Add Comment


“Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kami telah melihatnya sedang kamu menyaksikannya”. (Ali Imran : 143)


Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Al-‘Ufi yang bersumber dari Ibnu Abbas: Bahwa beberapa orang sahabat berkata: “Alangkah baiknya kalau kita mati syahid seperti orang-orang yang berjuang di Badar, atau mendapat kesempatan seperti pada peristiwa Badar mengalahkan kaum Musyrikin, tabah dalam ujian, mati syahid dengan memperoleh surga, atau hidup mendapat rezeki”. Maka Allah memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengikuti pertempuran Uhud, tetapi ternyata mereka tidak tabah dan bertahan dalam pertempuran itu kecuali sebagian kecil diantara mereka yang dikehendaki Allah. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Ali Imran ayat 143) sebagai peringatan atas ucapan mereka.

Ali-Imran ayat 144

02.27 Add Comment


Muhammad itu hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Umar: Ketika para sahabat terpisah dari Rasulullah Saw di peristiwa Uhud, Umar naik gunung dan mendengar Yahudi berteriak: “Muhammad telah terbunuh!”. Umar berkata: “Tidak akan kubiarkan orang berkata Muhammad terbunuh, pasti akan kupenggal lehernya”. Dan pada saat itu Umar melihat Rasulullah Saw dan orang-orang kembali ke posnya masing-masing. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali-Imran ayat 144) yang menegaskan bahwa kematian seorang Nabi adalah soal yang biasa.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ar-Rabi’: Ketika kaum Mukminin mendapat musibah di peristiwa Uhud dengan luka-luka parah, ada yang menyebut-nyebut bahwa Nabiyullah telah terbunuh. Yang lain berkata: “Kalau dia benar-benar seorang Nabi, tentu tidak akan terbunuh”. Berkata yang lainnya: “Berjihadlah mengikuti jejak Rasulullah sehingga mendapat kemenangan atau mati syahid besertanya”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali-Imran ayat 144) berkenaan dengan peristiwa di atas.

Diriwayatkan oleh Al-Baihaki di dalam kitab Ad-Dalail yang bersumber dari Abi Najih: Bahwa seorang dari Muhajirin berpapasan dengan seorang Anshar yang berlumuran darah, dan berkata: “Apakah engkau tahu bahwa Muhammad telah terbunuh?” Ia menjawab: Jikalau Muhammad terbunuh ia telah menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Berjuanglah kamu untuk membela agamamu”. Maka turunlah ayat tersebut (Ali-Imran ayat 144) yang menegaskan bahwa kematian seorang pemimpin tidaklah berarti pengikutnya boleh meninggalkan perjuangan.

Diriwayatkan oleh Ibnu Rahawaih di dalam musnadnya yang bersumber dari Az-Zuhri: Bahwa setan berteriak pada waktu peristiwa Uhud: “Muhammad telah terbunuh!” Ka’b bin Malik menyatakan bahwa dialah yang paling dahulu mengenali Rasulullah dari balik topi besinya. Ia pun berteriak sekuat tenaganya: “Ini dia Rasulullah”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali-Imran ayat 144) yang menegaskan Nabi Muhammad Saw sama halnya dengan nabi-nabi sebelumnya yang mungkin saja terbunuh.

Ali-Imran ayat 154

02.27 Add Comment


Kemudian setelah kamu berduka cita Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan daripada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan Jahiliyyah, mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) disini”. Katakanlah: “sekiranya kamu berada dirumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah berbuat demikian untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati”.


Diriwayatkan oleh Ibnu Rahawaih yang bersumber dari Zubair: Bahwa Zubair berkata: “Aku yakin benar bahwa pada hari peristiwaUhud, kami merasakan ketakutan yang luar biasa, dan Allah mengirimkan rasa ngantuk, sehingga terlelap (kepalanya terkulai di dadanya). Demi Allah, aku mendengar seakan-akan dalam mimpi ucapan Mu’tib bin Qusyair: “Sekiranya kita punya hak campur tangan dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan terkalahkan di tempat ini”. Aku hafalkan kata-kata itu, kemudian Allah menurunkan ayat tentang kejadian itu (Ali Imran ayat 154).

Ali-Imran ayat 140

02.26 Add Comment


“Jika kamu (pada pertempuran Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada pertempuran Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebahagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang dhalim”. (Ali Imran : 140)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ‘Ikrimah: Ketika terlambat berita dari medan jihad, wanita-wanita berusaha mencari berita itu. Tiba-tiba datanglah dua orang laki-laki naik unta. Seorang wanita bertanya kepadanya tentang keadaan Rasulullah. Laki-laki itu menjawab: “Beliau dalam keadaan sehat wal’afiat”. Si wanita tadi berkata: “Kami tidak berduka cita kalau Allah menjadikan hamba-hamba-Nya menjadi syuhada”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali Imran ayat 140) berkenaan dengan wanita tadi.

Ali-Imran ayat 130

02.26 Add Comment
Ali-Imran ayat 130
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat kemenangan (sukses)”. (Ali-Imran : 130)


Diriwayatkan oleh Al-Faryabi yang bersumber dari Mujahid: Dikemukakan terdapat orang-orang yang berjual beli dengan kredit (dengan bayaaran berjangka waktu). Apabila telah tiba waktu pembayaran dan tidak membayar, bertambahlah bunganya, dan ditambahnya pula jangka waktu pembayarannya”, maka turunlah ayat ini (Ali-Imran ayat 130) sebagai larangan atas perbuatan seperti itu.

Diriwayatkan oleh Al-Faryabi yang bersumber dari ‘Atha: Bahwa di zaman jahiliyyah, Tsaqif berhutang kepada Banin Nadlir. Ketika telah tiba waktu membayar, Tsaqif berkata: “Kami bayar bunganya dan undurkan waktu pembayarannya”. Maka turunlah ayat tersebut (Ali-Imran ayat 130) sebagai larangan atas perbuatan seperti itu.

Ali-Imran ayat 128

02.25 Add Comment


“Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima tobat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang dhalim”. (Ali Imran : 128)


Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim yang bersumber dari Anas: Bahwa Nabi Saw patah giginya yang keempat di peristiwa Uhud dan berlumuran darah karena luka di mukanya. Beliau bersabda: “Barangsiapa bisa bahagia suatu kaum yang berbuat demikian terhadap Nabinya, yang mengajak mereka kepada Tuhannya”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali Imran : 128)

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Bukhari yang bersumber dari Ibnu Umar, diriwayatkan pula oleh Bukhari yang bersumber dari Abi Hurairah: Bahwa Ibnu Umar mendengar Rasulullah Saw berdo’a: “Ya Allah, semoga Allah melaknat si Fulan, semoga Allah melaknat Al-Harts bin Hisyam, Ya Allah semoga Allah melaknat Suhail bin Amr, Ya Allah semoga Allah melaknat Shafwan bin Umayyah”. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali Imran : 128) sebagai teguran kepada Rasulullah Saw atas do’anya. Kemudian mereka semua dimaafkan.

Keterangan:
Menurut Al-Hafidh Ibnu Hajar, berdasarkan kedua hadits di atas, atas dasar thariqatul jam’i dapat disimpulkan bahwa:
1. Nabi Saw mendoakan kecelakaan di dalam shalatnya bagi orang-orang itu setelah peristiwa yang tersebut pada hadits pertama pada peristiwa Uhud.
2. turunnya ayat tersebut di atas (Ali Imran ayat 128) berkenaan dengan peristiwa yang tersebut dalam hadits pertama dan timbul akibat peristiwa itu (yang tersebut dalam hadits kedua).
Akan tetapi setelah meneliti hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang bersumber dari Abi Hurairah, timbullah suatu kesulitan dalam menetapkan sebab turunnya ayat tersebut di atas. Hadits itu mengemukakan bahwa pada suatu waktu Rasulullah Saw berdoa setiap kali shalat subuh: “Ya Allah semoga Allah melaknat kaum Ri’l, Dzakwan dan Ushayyah, sampai Allah menurunkan ayat tersebut di atas (Ali Imran ayat 128).
Adapun kesulitan dalam menetapkan sebab turunnya ayat tersebut di atas (Ali Imran ayat 128) ialah, bahwa 2 hadits pertama mengemukakan ayat itu turun pada peristiwa Uhud. Sedang peristiwa Ri’l dan Dzakwan yang tersebut dalam hadits Muslim terjadi sesudahnya.
Selanjutnya Ibnu Hajar mengemukakan bahwa hadits riwayat Muslim ini ma’lul, dalam pemberitahuannya mudraj.
Dan kata-kata: “sampai Allah menurunkan ayat...” adalah munqathi, karena dalam hadits muslim, ada yang tidak disebutkan namanya. Riwayat seperti ini tidak sah. Akan tetapi dapat saja terjadi ayat tersebut (Ali Imran ayat 128) lambat turunnya sehingga mencakup keseluruhan peristiwa yang tersebut dalam ketiga hadits diatas.

Diriwayatkan oleh Bukhari didalam tarikhnya dan Ibnu Ishak yang bersumber dari Salim bin Abdillah bin Umar (Hadits ini Gharib): Bahwa seorang laki-laki Quraisy datang kepada Nabi Saw dan dengan sinis berkata: “Engkau melarang mencaci maki?” sambil membalik dan menungging sehingga terlihat kemaluannya. Nabi Saw mengutuknya. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali Imran ayat 128) yang menegaskan bahwa orang itu dhalim. Beberapa lama kemudian orang itu masuk Islam, dan menjadi seorang saleh.

Ali-Imran ayat 124 - 125

02.21 Add Comment


“(ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu Malaikat yang diturunkan (dari langit)?” (Ali Imran : 124)

“Ya (cukup)! Jika kamu bersabar dan bersiap siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda”. (Ali Imran : 125)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al-Mushannaf dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari As-Syu’bi: Bahwa kaum Muslimin mendengar kabar pada waktu peristiwa Badar, bahwa Karz bin Jabir Al-Muharibi memberikan bala bantuan kepada kaum musyrikin, sehingga membimbangkan mereka. Maka Allah menurunkan ayat tersebut (surah Ali Imran : 124 – 125) sebagai penjelasan bahwa Allah memberikan bantuan sebanyak 3000 malaikat. Ketika Karz mendengar kekalahan kaum Musyrikin, ia membatalkan bala bantuannya, demikian juga Allah membatalkan bantuan dengan 5000 malaikat.

Ali-Imran ayat 122

02.19 Add Comment


“(Ingatlah), ketika dua golongan daripadamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu, karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”. (Ali Imran : 122)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abu Ya’la yang bersumber dari Al-Miswar bin Mikhramah: Bahwa Al-Miswar bin Mikhramah berkata kepada Abdurrahman bin ‘Auf: “Coba ceritakan kepadaku kisah pertempuran Uhud”. Ia menjawab: “Bacalah surat Ali Imran setelah ayat 120, disana akan saudara dapatkan kisah kami”. Selanjutnya Abdurrahman menjelaskan yang dimaksud dengan “thaifatani” dalam ayat 122 surat Ali Imran itu ialah mereka yang segan menghadapi musuh, bahkan ingin mengadakan gencatan senjata dengan kaum musyrikin. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa ayat 143 menerangkan peringatan Tuhan kepada kaum Mukminin yang ingin bertemu dengan musuh pada waktu itu sudah dihadapinya. Adapun ayat 144 menerangkan bahwa Allah menentramkan kaum Mukminin, ketika tersiar berita yang bersumber dari teriakan setan bahwa Rasulullah telah terbunuh. Abdurrahman bin ‘Auf selanjutnya menjelaskan bahwa ayat “amanatan nu’asan” dalam ayat 154 ialah sebagai pertolongan Tuhan kepada kaum Mukminin dengan menjadikan mereka ngantuk dan tertidur.

Diriwayatkan oleh As-Syaikhani yang bersumber dari Jabir bin Abdillah: Bahwa yang dimaksud dengan “thaifatani minkum” dalam ayat 122 surat Ali Imran ialah Bani Salamah dan Bani Haritsah.