An-Nisa ayat 100

04.27


Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dimaksud), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (An-nisa : 100)


Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abu Ya’la dengan sanad yang jayyid (baik) yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa Dhamrah bin Jundab keluar dari rumahnya untuk berhijrah, dan berkata kepada keluarganya: “Gotonglah saya dan hijrahkanlah saya dari tanah musyrikin ini ke tempat Rasulullah Saw”. Di tengah perjalanan sebelum sampai kepada Nabi, ia wafat. Maka turunlah ayat ini (An-Nisa ayat 100) sebagai janji Allah terhadap orang-orang yang gugur disaat melaksanakan tugas agama Allah.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Jubair: bahwa Abi Dhamrah Az-Zurqi termasuk orang yang ada di Mekah (belum berhijrah) menerima berita tentang turunnya surat An-Nisa ayat 98, ia berkata: “Aku cukup berada dan mampu”. Ia pun bersiap-siaplah untuk hijrah menuju ke tempat Nabi Saw di kampung Tan’im. Di perjalanan ia meninggal dunia. Maka turunlah ayat ini (An-Nisa ayat 100) yang menjelaskan kedudukan orang yang gugur di saat melaksanakan panggilan Allah.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir seperti itu yang bersumber dari Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah, Qatadah, As-Suddi, Ad-Dhahhak dan lain-lainnya: bahwa orang yang wafat dalam hijrah itu ada yang mengatakan Dhamrah bin Al-Aish, ada juga yang menyebutnya Aish bin Dhamrah, Jundab bin Dhamrah, Al-Junda’i, Al-Dhamari, seorang laki-laki dari bani Dhamrah, seorang laki-laki dari suku Khuza’ah, seorang laki-laki dari Bani Laits, seorang dari bani Kinanah, dan ada pula yang mengatakan seorang dari Bani Bakr.

Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d di dalam kitab At-Thabaqat yang bersumber dari Yazid bin Abdillah bin Qisth: bahwa Jundab bin Dhamrah Al-Dhamari sedang sakit di Mekah berkata kepada anaknya: “Bawalah aku keluar dari Mekah ini, aku bisa mati akibat situasi kekalutan di tempat ini”. Mereka berkata: “Kemana kami bawa?”. Ia memberi isyarat dengan tangannya ke arah Madinah dengan maksud hijrah. Kemudian mereka membawanya ke Madinah. Akan tetapi baru sampai di kampung Bani Ghifar ia meninggal dunia. Maka turunlah ayat ini (An-Nisa ayat 100) berkenaan dengan peristiwa tersebut.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, Ibnu mandah dan Al-Barudi dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya yang bersumber dari Az-Zubair bin ‘Awwam: bahwa ketika Khalid bin Haram hijrah ke Habsyah, di perjalanan di gigit ular terus wafat. Maka turunlah ayat ini (An-Nisa ayat 100) berkenaan dengan peristiwa itu.

Diriwayatkan oleh Al-Umawi di dalam kitab Maghazi-nya yang bersumber dari Abdul Malik bin Umair: bahwa ketika sampai berita tentang kerasulan Nabi Saw kepada Aktsam bin Shaifi ia bermaksud mengunjungi Nabi, akan tetapi dihalangi oleh kaumnya, maka ia minta seseorang untuk diutus menyampaikan maksudnya minta keterangan tentang Rasulullah. Maka dipilihlah dua orang utusan untuk menghadap Nabi Saw. Kedua utusan itu berkata: “Kami utusan dari Aktsam bin Shaifi yang ingin tahu tentang siapa nama tuan, apakah kedudukan tuan, apakah yang tuan bawa?”. Nabi Saw menjawab: “Saya Muhammad, anak Abdullah, hamba Allah dan Rasul-Nya”. Kemudian Nabi membaca ayat “innallaha ya’muru bil adli wal ihsan…” sampai akhir ayat (An-Nahl ayat 90). Sesampainya kedua utusan itu kepada Aktsam dan menyampaikan apa yang diterangkan Nabi Saw, berkata Aktsam: “Hai kaumku, ia menyuruh berbudi tinggi dan melarang berakhlak rendah, jadilah kalian pelopor untuk berbudi luhur, dan jangan menjadi pengekor”. Kemudian ia berangkat naik unta menuju Madinah, tapi di perjalanan ia meninggal. Maka turunlah ayat ini (An-Nisa ayat 100) berkenaan dnegan peristiwa tersebut di atas.
Ket: Hadits ini mursal dan sanadnya dhaif

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim di dalam kitabnya Al-Mu’ammirin dari dua jalan yang bersumber dari Ibnu Abbas: bahwa ketika Ibnu Abbas ditanya tentang ayat ini, ia menjawab: “Turunnya ayat ini (An-Nisa ayat 100) berkenaan dengan peristiwa Aktsam bin Sahifi”. Ketika itu ada yang bertanya lagi: “Bukankah ayat ini berkenaan dengan peristiwa Al-Laits?”. Ia menjawab: “Ini terjadi beberapa masa sebelum peristiwa Al-Laits, ayat-ayat ini bisa khusus bagi peristiwa Aktsam dan juga bagi peristiwa lain.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔