Al-Baqarah ayat 115

09.29

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Al Baqarah : 115)

Diriwayatkan oleh Muslim, Trmidzi dan Nasa’i yang bersumber dari Ibnu Umar : bahwa Ibnu Umar membacakan ayat ini (Al-Baqarah ayat 115) kemudian menjelaskan peristiwanya sebagai berikut : ketika Rasululah Saw dalam perjalanan dari Mekah ke Madinah salat sunat di atas kendaraan menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraannya.

Diriwayatkan oleh Al-Hakim yang bersumber dari Ibnu Umar, (hadits ini sahih menurut Syarat Muslim, teutama isnadnya) : bahwa turunnya ayat “faainamaa tuwallu ….” sampai dengan akhir ayat (Al-Baqarah ayat 115) membolehkan kita salat sunnat di atas kendaraan menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraannya.


Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Ali bin Abi Thalhah yang bersumber dari Ibnu Abbas. (Isnadnya kuat, dan artinya pun membantu menguatkannya, sehingga dapat dijadikan dasar turunnya ayat tersebut) : bahwa ketika Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, diperintahkan oleh Allah SWT untuk menghadap ke Baitil Maqdis diwaktu shalat. Maka gembiralah kaum Yahudi. Rasulullah Saw melaksanakan perintah itu beberapa bulan lamanya, tetapi dalam hatinya tetap ingin menghadap ke kiblatnya Nabi Ibrahim as (Mekah), beliau selalu berdoa kepada Allah sambil menghadapkan muka ke langit menantikan turunnya wahyu. Maka turunlah ayat “Qad naro taqalluba wajhika fis-samaa-i” sampai akhir ayat (Al-Baqarah: 144). Kaum Yahudi menjadi bimbang karena turunnya ayat itu sehingga mereka berkata: “Apa yang menyebabkan mereka membelok dari kiblat yang mereka hadapi selama ini?”. Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah ayat 115) sebagai jawaban atas pertanyaan orang-orang Yahudi.

Hadits ini dha’if, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majjah dan Ad-Daaquthni dari Asy’ats As-Samman dari ‘Ashim bersumber dari bapaknya. (Menurut Tirmidzi, riwayat ini gharib, dan Asy’ats didha’ifkan didalam meriwayatkan hadits ini) : bahwa pada suatu malam gelap gulita, dalam suatu perjalanan bersama Rasulullah Saw mereka (para perawi hadits) tidak mengetahui arah kilat. Mereka shalat ke arah hasil ijtihad masing-masing. Keesokan harinya mereka kemukakan hal itu pada Rasulullah Saw. Maka turunlah ayat ini (Al-Baqarah ayat 115).

Diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni dan Ibnu Marduwaih dari Al’Arzami, dari ‘Atha, yang bersumber dari Jabir : bahwa Rasulullah Saw mengutus suatu pasukan (termasuk diantaranya Jabir). Pada suatu waktu yang gelap gulita, mereka tidak mengetahui arah kiblat. Berkatalah segolongan dari mereka : “Kami tahu arah kiblat, yaitu arah ini (sambil menunjuk ke arah utara)”. Mereka shalat dan membuat garis sesuai dengan arah mereka shalat tadi. Segolongan lainnya berkata: “Kiblat itu, ini (sambil menunjuk ke arah selatan)”. Mereka shalat dan membuat garis sesuai dengan arah shalat mereka. Keesokan harinya setelah matahari terbit, garis-garis itu tidak menunjukkan arah kiblat yang sebenarnya. Sesampainya ke Madnah, bertanyalah mereka kepada Rasulullah Saw tentang hal itu. Beliau terdiam. Maka turunlah ayat ini (Al-Baqarah ayat 115) sebagai penjelasan atas peristiwa tersebut.
Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang meneima dari Al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa Rasulullah Saw mengirimkan suatu pasukan. Mereka diliputi kabut yang tebal, sehingga tidak mengetahui arah kiblat. Kemudian mereka shalat. Ternyata setelah terbit matahari, shalatnya tidak menghadap kiblat. Setibanya kepada Rasulullah Saw mereka menceritakan hal itu. Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah ayat 115) yang membenarkan ijtihad mereka.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah. (Riwayat ini sangat gharib, mursal atau mu’dhal) : dikemukakan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Saudaramu raja Najasyi, telah wafat. Shalatlah untuknya”. Para sahabat bertanya: “Apakah kita boleh shalat untuk bukan muslim?”. Maka turunlah ayat 199 surat Ali-Imran. Para sahabat berkata lagi: “Sebenarnya raja Najasyi itu tidak shalat menghadap kiblat”. Maka turunlah ayat tersebut (Al-Baqarah: 115) yang menjelaskan bahwa raja Najasyi telah menunaikan ibadahnya berdasarkan ketentuan pada waktu itu.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid : bahwa ketika turun ayat “Ud’uni astajib lakum” (Al-Baqarah : 60) para sahabat bertanya: “kemana kami menghadap?”. Maka turunlah “Faainama tuwallu fatsamma wajhullah” (Al-Baqarah : 115) sebagai jawaban terhadap pertanyaan mereka.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔