Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abu Ya’la yang bersumber dari Al-Miswar bin Mikhramah: Bahwa Al-Miswar bin Mikhramah berkata kepada Abdurrahman bin ‘Auf: “Coba ceritakan kepadaku kisah pertempuran Uhud”. Ia menjawab: “Bacalah surat Ali Imran setelah ayat 120, disana akan saudara dapatkan kisah kami”. Selanjutnya Abdurrahman menjelaskan yang dimaksud dengan “thaifatani” dalam ayat 122 surat Ali Imran itu ialah mereka yang segan menghadapi musuh, bahkan ingin mengadakan gencatan senjata dengan kaum musyrikin. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa ayat 143 menerangkan peringatan Tuhan kepada kaum Mukminin yang ingin bertemu dengan musuh pada waktu itu sudah dihadapinya. Adapun ayat 144 menerangkan bahwa Allah menentramkan kaum Mukminin, ketika tersiar berita yang bersumber dari teriakan setan bahwa Rasulullah telah terbunuh. Abdurrahman bin ‘Auf selanjutnya menjelaskan bahwa ayat “amanatan nu’asan” dalam ayat 154 ialah sebagai pertolongan Tuhan kepada kaum Mukminin dengan menjadikan mereka ngantuk dan tertidur.
Diriwayatkan oleh As-Syaikhani yang bersumber dari Jabir bin Abdillah: Bahwa yang dimaksud dengan “thaifatani minkum” dalam ayat 122 surat Ali Imran ialah Bani Salamah dan Bani Haritsah.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar