Diriwayatkan oleh Al-Faryabi dan Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid : bahwa empat ayat pertama dari surat al baqarah (2, 3, 4, 5) membicarakan sifat-sifat dan perbuatan kaum mukminin, dan dua ayat berikutnya (6 dan 7) tentang kaum kafirin yang menegaskan bahwa hati, pendengaran dan penglihatan mereka tertutup – diperingatkan atau tidak diperingatkan, mereka tetap tidak akan beriman ; dan tiga belas ayat selanjutnya lagi (8 s/d 20) menegaskan ciri-ciri, sifat dan kelakuan kaum munafikin.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Ishak, dari Muhammad bin Abi ‘Ikrimah dari Sa’ad bin Jubair yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa firman Allah “Innalladziina kafaruu sawaa-un ‘alaihim” sampai “walahum ‘adzaabun ‘adzim” (ayat 6 dan 7) diturunkan tentang kaum Yahudi Madinah, yang menjelaskan bahwa mereka itu walupun diperingatkan, tetap tidak beriman.
Dalam riwayat lain, Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ar-Rabi’ dan Anas : bahwa dua ayat surat al baqarah (ayat 6 dan 7) diturunkan dalam peristiwa Al-Ahzab : 1
Diriwayatkan oleh Al-Wahidi dan Ats-Tsa’labi dan Muhammad bin Marwan dan As-Suddi As-Shaghir dari Al-Kalbi dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas : Mengenai firman Allah “Waidza laqulladziina aamanuu…….” (ayat 14) diturunkan tentang Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya, dalam peristiwa sebagai berikut : Pada suatu hari di saat mereka bertemu dengan beberapa sahabat nabi Saw. Abdullah bin Ubay berkata kepada teman-temannya: “lihatlah, bagaimana caranya aku mempermainkan mereka yang bodoh-bodoh itu!”. Ia pun mendekat dan menjabat tanagn Abu Bakar sambil berkata : “Selamat Penghulu Bani Taim dan Syaikhul Islam dan orang kedua beserta Rasulullah”. Kemudian ia menjabat tangan Umar sambil berkata : “Selamat Penghulu Bani ‘Adi bin Ka’b yang mendapat gelar Al-Faruq, yang kuat memegang agama Allah, yang mengorbankan jiwa dan harta bendanya untuk Rasulullah”. Kemudian ia menjabat tangan Ali bin Abi Thalib sambil berkata : “Selamat sepupu Rasulullah, mantunya dan penghulu Bani Hasyim sesudah Rasulullah”. Setelah itu mereka berpisah dan berkatalah Ubay kepada kawan-kawannya : “Sebagaimana kamu lihat perbuatanku tadi, jika kamu bertemu dengan mereka, berbuatlah seperti apa yang telah kulakukan”. Kawan-kawannya pun memuji-muji Abdullah bin Ubay. Setibanya kaum muslimin (Abu BAkar, Umar dan Ali) kepada nabi Saw, mereka menceritakan peristiwa tadi. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Al-baqarah ayat 14). Ayat ini membukakan kepalsuan golongan munafik di dalam menghadapi kaum muslimin. (Sanad riwayat ini dha’if/sangat lemah karena As-Suddi As-Saghir pendusta, begitu juga Al-Kalbi dan Abi Shaleh dha’if).
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas, Murrah, Ibnu Mas’ud dan beberapa orang sahabat lainnya : Bahwa dua orang munafik Madinah lari dari Rasulullah kepada kaum Musyrikin. Di jalan ditimpa hujan (sebagaimana diterangkan dalam surat al baqarah : 19, 20, bahwa hujan tersebut mengandung guruh yang dahsyat, petir dan kilat). Tiap kali ada petir mereka menutup telinganya dengan jari, karena tekut memekakkan telinga, dan mati karenanya. Apabila kilat bersinar mereka berjalan, dan apabila tiada sinar kilat mereka tidak dapat melihat. Mereka kembali ke jalan semula untuk pulang dan menyesali perbuatan mereka, dan keesokan harinya mereka menghadap kepada Rasulullah Saw menyerahkan diri masuk Islam dengan sebaik-baiknya. Allah mengumpamakan kejadian dua orang munafik ini kepada kaum munafik lainnya yang ada di Madinah. Apabila menghindai majelis Rasulullah Saw mereka menutup telinga dengan jarinya karena takut terkena oleh sabda Rasulullah yang menerangkan hal ihwal mereka, sehingga terbongkarlah rahasianya, atau mereka jadi tunduk, karena terpikat hatinya. Perbandingan kedua orang munafik dengan munafik Madinah ialah :
1). Kedua orang munafik menutup telinganya karena takut mendengar guruh yang memekakkan, dan apabila kilat bersinar mereka berjala. Sedang kaum munafikin Madinah menutup telinga karena takut terkena sabda Rasul, akan tetapi di saat banyak harta, anak buah dan mendapat ghanimah atau kemenangan, mereka ikut serta dengan kaum muslimin dan berkata : “Nyatalah sekarang benarnya agama Muhammad”, dan mereka merasa tenteram.
2). Kedua orang munafik apabila tiada cahaya kilat, mereka berhenti dan tertegun. Sedangkan kaum munafikin Madinah apabila habis hartanya, anak buahnya dan terkena musibah, mereka berkata : “Inilah akibat agama Muhammad”, mereka kembali murtad dan kufur.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar