"Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu
memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri
kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam
neraka". (At-Taubah : 17)
"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk".
"Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan
haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama
di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim".
"orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah
dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi
Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan".
"Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari
pada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang
kekal",
"mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar" (At-Taubah : 22)
Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dari Ali bin
Abi thalhah yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa Al-Abbas berkata waktu ditawan
di peristiwa Badar: “Sekiranya kalian termasuk orang-orang yang telah lebih
dahulu masuk Islam, hijrah dan jihad, sebenarnya kami termasuk orang-orang yang
memakmurkan masjidil haram, memberi minum kepada orang-orang yang naik haji dan
membebaskan orang-orang dari penderitaannya”. Maka turunlah ayat ini (Surat At-Taubah
ayat 17, 18, 19) yang menegaskan bahwaorang-orang yang memakmurkan masjid dan
lain-lain serta belum beriman itu tidak sama dengan orang-orang yang iman dan berjihad di jalan Allah.
Diriwayatkan oleh Muslim, Ibnu hibban dan Abu Daud yang bersumber dari Nu’man bin Basyir : bahwa Nu’man bin Basyir pada suatu Jum’at berada di samping mimbar Rasulullah SAW bersama-sama dengan beberapa orang sahabat. Berkatalah seorang daripada mereka: “Aku tidak akan mempedulikan amal saleh lain setelah Islam tersebar (Fathu Mekah) kecuali akan memberi minum kepada orang yang naik haji”. Berkata yang lainnya: “Aku hanya akan memakmurkan masjidil haram”. Berkata pula yang lainnya: “Aku hanya akan jihad di jalan Allah dan perbuatan itu lebih baik daripada apa yang kalain katakana”. Umar membentak mereka seraya berkata: “Janganlah kalian berbicara keras-keras di sisi Rasulullah SAW dan nanti setelah selesai salat Jum’at, aku akan menghadap Rasulullah SAW minta fatwa tentang apa yang kamu perselisihkan itu”. Turunnya ayat ini (Surat At-Taubah ayat 19) sebagai penegasan bahwa orang yang mengkhususkan pada amalan tertentu saja tidak sama dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir serta berjihad di jalan-Nya.
Diriwayatkan oleh Al-Faryabi yang bersumber dari Ibnu Sirin. Diriwayatkan pula oleh 'Abdurrazzaq yang bersumber dari As-Syu'bi : bahwa Ali bin Abi Thalib datang ke Mekah dan berkata kepada Al-Abbas: "Wahai pamanku tidakkah engkau ingin hijrah ke Madinah untuk mengikuti Rasulullah SAW?". Ia menjawab: "Bukankah aku ini memakmurkan masjid dan mengurus baitullah?". Turunlah ayat ini (Surat At-Taubah ayat 19) berkenaan dengan peristiwa tersebut yang menegaskan perbedaan antara orang yang beriman dan berjihad di jalan Allah dengan orang-orang yang hanya berbuat kebaikan. Dan Ali berkata kepada yang lainnya dengan menyebutkan namanya satu per satu: "Tidakkah kalian ingin berhijrah mengikuti Rasulullah ke Madinah?". Mereka menjawab: "Kami tinggal di sini beserta saudara-saudara dan teman-teman kami sendiri". Dengan peristiwa ini turunlah ayat berikutnya (Surat At-Taubah ayat 24) yang menegaskan bahwa orang-orang yang lebih mencintai sanak saudara, keluarga, kawan dan kekayaannya daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya serta jihad fi sabilillah diancam dengan adzab dari Allah SWT.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazhi : bahwa Thalhah bin Syaibah, Al-Abbas dan Ali bin Abi Thalib membanggakan dirinya masing-masing, Thalhah berkata: "Aku yang menguasai Baitullah dan padakulah kuncinya". Abbas berkata: "Aku tukang memberi minum jama'ah haji dan mengurus mereka". Dan Ali bin Abi Thalib berkata: "Aku orang pertama yang salat menghadap kiblat sebelum orang-orang menghadapnya, dan aku sering memimpin jihad fi sabilillah". Turunnya ayat ini (Surat At-Taubah ayat 19) menegaskan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta berjihad fi sabilillah jauh berbeda dari orang-orang yang mengurus orang-orang yang naik haji ataupun orang-orang yang mengurus baitullah.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar