“Dan
Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan
bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa
ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan
(dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat
rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).”
(An Nahl : 80)
“Dan
Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan
Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan
bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang
memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya
atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya)”.
(An Nahl : 81)
“Jika
mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu
(Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”.
(An-Nahl : 82)
“Mereka
mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang kafir”. (An-Nahl : 83)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Mujahid: bahwa seorang Arab bertanya kepada Nabi SAW tentang Allah, Rasulullah membacakan ayat “wallahu ja’ala lakum min buyutikum Sakana” (surah An-Nahl ayat 80). Orang itu pun mengiyakanna. Kemudian Nabi SAW membaca kelanjutan ayat itu “waja’ala lakum min juludil an’ami buyutan tastakhiffu naha yauma dla’nikum wa yauma iqamatikum” (surah An Nahl ayat 80). Orang itupun mengiyakannya. Kemudian Rasulullah membaca lagi kelanjutan ayat itu dan orang itupun mengiyakannya. Ketika Rasulullah sampai kepada ayat “kadzalika yutimmu ni’matahu ‘alaikum la’allakum tuslimun” (surah An Nahl ayat 81), orang itu pun berpaling dan tidak masuk Islam. Maka turunlah ayat selanjutnya (surah An Nahl ayat 83) yang menegaskan bahwa walaupun orang-orang tahu akan nikmat yang diberikan Allah, tapi kebanyakan mereka tetap kufur.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar