Al-Kahfi ayat 6, 9, 23, 24, 25

04.44

 

“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran)”. (Al-Kahfi : 6)

“Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?”. (Al-Kahfi : 9)


“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi” (Al-Kahfi : 23)

“kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". (Al-Kahfi : 24)

“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)”. (Al-Kahfi : 25)

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Ishak dari seorang ‘alim bangsa Mesir dari ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas : Bahwa kaum Quraisy telah mengutus An-Nadhr bin Al-Harts dan Uqbah bin Abi Mu’ith untuk bertanya tentang kenabian Muhammad dengan jalan menceritakan sifat-sifat Muhammad, dan segala sesuatu yang diucapkan olehnya kepada pendeta-pendeta Yahudi di Madinah. Orang-orang Quraisy menganggap bahwa pendeta-pendeta itu mempunyai keahlian dalam memahami kitab yang telah diturunkan lebih dahulu dan mempunyai pengetahuan tentang ilmu tanda-tanda kenabian yang orang Quraisy tidak mengetahuinya. Maka berangkatlah kedua utusan tadi ke Madinah dan bertanya kepada pendeta-pendeta Yahudi itu sesuai denga napa yang diharapkan kaum Quraisy. Berkatalah pendeta itu kepada utusan Quraisy: “Tanyakanlah olehmu kepada Muhammad tentang tiga hal. Jika ia dapat menjawabnya, maka id Nabi yang diutus, akan tetapi jika ia tidak dapat menjawabnya, ia hanyalah orang yang mengaku jadi Nabi. Tanyakanlah kepadanya tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi pada mereka, karena cerita tentang pemuda ini sangat menarik. Tanyakanlah kepadanya tentang seorang pengembara yang sampai ke Masyriq dan Maqhrib dan apa pula yang terjadi padanya, dan tanyakanlah pula kepadanya tentang ruh, apakah ruh itu”. Maka pulanglah kedua utusan tadi kepada Quraisy dan berkata: “Kami datang membawa sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menentukan sikap antara tuan-tuan dan Muhammad”. Mereka pun berangkat menghadap Rasululllah SAW dan menanyakan ketiga persoalan tersebut. Rasulullah bersabda: “Aku akan menjawabnya tentang hal-hal yang kamu tanyakan itu”, (tanpa menyebutkan Insya Allah). Maka pulanglah mereka semua.

Rasulullah menunggu-nunggu wahyu sampai lima belas malam lamanya, bahkan Jibril pun tidak kunjung datang kepadanya, sehingga orang-orang Mekah goyah dan Rasulullah SAW merasa sedih karenanya dan tidak tahu apa yang harus ia katakan kepada kaum Quraisy. Pada suatu Ketika datanglah Jibril membawa surat Al-Kahfi yang didalamnya menegur beliau SAW atas kesedihannya karena perbuatan mereka (surat Al-Kahfi ayat 6) dan menerangkan apa-apa yang mereka tanyakan tentang pemuda-pemuda yang bepergian (surat Al-Kahfi antara ayat 9 s/d 26) dan seorang pengembara (surat Al-Kahfi ayat 83 s/d 101) dan firman Allah tentang ruh (surat Al-Isra ayat 85)

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa ‘Utbah dan Syaibah bin Rabi’ah, Abu Jahl bin Hisyam, An-Nadhr bin Al-Harts, Umayyah bin Khalaf, Al-‘Ashi dan Wa’il, Al-Aswad bin Al-Muthalib dan Abdul Buhturi dari orang-orang Quraisy telah berkomplot melawan Rasulullah SAW. Perlawanan kaumnya terhadap dirinya dan keingkaran mereka terhadap nasehat-nasehatnya yang baik dirasakan sangat berat dan sangat menyedihkan oleh Rasulullah. Maka turunlah ayat ini (surat Al Kahfi ayat 6) sebagai teguran atas kemurungannya itu.

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa Ketika turun ayat “walabitsu fi kahfihim tsalatsa mi’atin” (surat Al Kahfi ayat 25) yang artinya “Dan pemuda-pemuda ashabul kahfi itu menetap dalam gua selama tiga ratus), ada orang yang bertanya: “Ya Rasulallah, tiga ratus tahun atau bulan?”. Maka Allah menurunkan ayat selanjutnya “sinina wazdadu tis’a”

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Adh-Dhahhak dan Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa Nabi SAW pernah bersumpah. Setelah empat puluh malam berlalu, barulah Allah menurunkan ayat ini (surat Al Kahfi ayat 23-24) yang memperingatkan agar apabila bersumpah, hendaknya diikuti dengan ucapan “Insya Allah”.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔