“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran)”. (Al-Kahfi : 6)“Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?”. (Al-Kahfi : 9)
“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan
tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi” (Al-Kahfi : 23)
“kecuali (dengan menyebut): "Insya
Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah:
"Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat
kebenarannya dari pada ini". (Al-Kahfi : 24)
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka
tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)”. (Al-Kahfi : 25)
Diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Ishak dari seorang ‘alim bangsa Mesir dari ‘Ikrimah
yang bersumber dari Ibnu Abbas : Bahwa kaum Quraisy telah mengutus An-Nadhr
bin Al-Harts dan Uqbah bin Abi Mu’ith untuk bertanya tentang kenabian Muhammad
dengan jalan menceritakan sifat-sifat Muhammad, dan segala sesuatu yang
diucapkan olehnya kepada pendeta-pendeta Yahudi di Madinah. Orang-orang Quraisy
menganggap bahwa pendeta-pendeta itu mempunyai keahlian dalam memahami kitab
yang telah diturunkan lebih dahulu dan mempunyai pengetahuan tentang ilmu
tanda-tanda kenabian yang orang Quraisy tidak mengetahuinya. Maka berangkatlah
kedua utusan tadi ke Madinah dan bertanya kepada pendeta-pendeta Yahudi itu
sesuai denga napa yang diharapkan kaum Quraisy. Berkatalah pendeta itu kepada
utusan Quraisy: “Tanyakanlah olehmu kepada Muhammad tentang tiga hal. Jika ia
dapat menjawabnya, maka id Nabi yang diutus, akan tetapi jika ia tidak dapat
menjawabnya, ia hanyalah orang yang mengaku jadi Nabi. Tanyakanlah kepadanya
tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi
pada mereka, karena cerita tentang pemuda ini sangat menarik. Tanyakanlah
kepadanya tentang seorang pengembara yang sampai ke Masyriq dan Maqhrib dan apa
pula yang terjadi padanya, dan tanyakanlah pula kepadanya tentang ruh, apakah
ruh itu”. Maka pulanglah kedua utusan tadi kepada Quraisy dan berkata: “Kami
datang membawa sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menentukan sikap antara
tuan-tuan dan Muhammad”. Mereka pun berangkat menghadap Rasululllah SAW dan
menanyakan ketiga persoalan tersebut. Rasulullah bersabda: “Aku akan
menjawabnya tentang hal-hal yang kamu tanyakan itu”, (tanpa menyebutkan Insya
Allah). Maka pulanglah mereka semua.
Rasulullah
menunggu-nunggu wahyu sampai lima belas malam lamanya, bahkan Jibril pun tidak
kunjung datang kepadanya, sehingga orang-orang Mekah goyah dan Rasulullah SAW
merasa sedih karenanya dan tidak tahu apa yang harus ia katakan kepada kaum
Quraisy. Pada suatu Ketika datanglah Jibril membawa surat Al-Kahfi yang
didalamnya menegur beliau SAW atas kesedihannya karena perbuatan mereka (surat
Al-Kahfi ayat 6) dan menerangkan apa-apa yang mereka tanyakan tentang
pemuda-pemuda yang bepergian (surat Al-Kahfi antara ayat 9 s/d 26) dan seorang
pengembara (surat Al-Kahfi ayat 83 s/d 101) dan firman Allah tentang ruh (surat
Al-Isra ayat 85)
Diriwayatkan
oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa ‘Utbah
dan Syaibah bin Rabi’ah, Abu Jahl bin Hisyam, An-Nadhr bin Al-Harts, Umayyah
bin Khalaf, Al-‘Ashi dan Wa’il, Al-Aswad bin Al-Muthalib dan Abdul Buhturi dari
orang-orang Quraisy telah berkomplot melawan Rasulullah SAW. Perlawanan kaumnya
terhadap dirinya dan keingkaran mereka terhadap nasehat-nasehatnya yang baik dirasakan
sangat berat dan sangat menyedihkan oleh Rasulullah. Maka turunlah ayat ini
(surat Al Kahfi ayat 6) sebagai teguran atas kemurungannya itu.
Diriwayatkan
oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa Ketika
turun ayat “walabitsu fi kahfihim tsalatsa mi’atin” (surat Al Kahfi ayat 25) yang
artinya “Dan pemuda-pemuda ashabul kahfi itu menetap dalam gua selama tiga
ratus), ada orang yang bertanya: “Ya Rasulallah, tiga ratus tahun atau bulan?”.
Maka Allah menurunkan ayat selanjutnya “sinina wazdadu tis’a”
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Adh-Dhahhak dan Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa Nabi SAW pernah bersumpah. Setelah empat puluh malam berlalu, barulah Allah menurunkan ayat ini (surat Al Kahfi ayat 23-24) yang memperingatkan agar apabila bersumpah, hendaknya diikuti dengan ucapan “Insya Allah”.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar