“Dan
Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang
nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan
godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan
oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana”.
(QS. Al-Hajj : 52)
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir dan Ibnul Mundzir dengan sanad yang shahih yang
bersumber dari Sa’id bin Jubair. Diriwayatkan pula oleh Al-Bazzar dan Ibnu
Marduwaih melalui jalan lain dari Sa’id bin Jubair yang bersumber dari Ibnu
Abbas : bahwa ketika
Nabi SAW di Mekah membaca surat “wannajmi idza hawa” dan sampai dengan
ayat : ‘afara aitumul lata wal ‘uzza wa manata tsalitsatal ukhra”, setan
menyelipkan pada lidahnya : “Tilkal ghaniqul ‘ula wa inna syafa’atuhunna
laturtaja”. Berkatalah kaum Musyrikin: “Dia belum pernah menyebut-nyebut
dan menuji Tuhan kita sebelum ini”. Setelah Nabi sampai pada bacaan ayat sajdah,
maka sujudlah ia dan mereka pun mengikutinya. Maka turunlah ayat ini (surah Al
Hajj ayat 52) sebagai penegasan bahwa setan selalu berusaha membelokkan yang
ditugaskan kepada para Rasul dan Nabi, tapi Allah melindunginya dari gangguan
setan.
Keterangan:
Menurut
Al-Bazzar riwayat-riwayat yang menyebutkan, “gharaniqul ‘ula” tidak ada
yang muttasil (yang sampai kepada Nabi), kecuali sanad yang ia riwayatkan.
Bersambungnya riwayat ini melalui rawi tunggal, yaitu Umayyah bin Khalid dan ia
termasuk rawi yang dapat dipercaya dan masyhur. Pendapat ini menjadi pegangan
As-Sayhuthi.
Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Ibnu Abbas dengan sanad yang rawinya antara
lain Al-Waqidi, Ibnu Marduwaih dari Al-Kalbi dari Abi Shaleh yang bersumber
dari Ibnu Abbas dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari Al-Ufi yang
bersumber dari Ibnu Ibnu Abbas, diriwayatkan pula oleh Ibnu Ishak dalam kitab
Assirah dari Muhammad bin Ka’ab, dan Musa bin Uqbah dari dari Ibnu Syihab, dan
Ibnu Jarir dari Muhammad bin Ka’ab dan Muhammad bin Qais dan Ibnu Abi Hatim
yang bersumber dari As-Suddi dengan isi riwayat yang sama dan semuanya dha’if
atau munqathi, kecuali dari sumber Sa’id bin Jubair pada riwayat yang disebut
pertama.
Menurut
Ibnu Hajar banyak sanad dalam riwayat ini menunjukkan kisah ini mempunyai
sumber, disamping itu terdapat dua sanad yang shahih tapi mursal yang
diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, yang satu dari Az-Zuhri yang bersumber dari Abi
Bakar bin Abdurrahman bin Al-Harts bin Hisyam, dan yang lainnya dari Dawud bin
Hind yang bersumber dari Abil ‘Aliyah.
Adapun
perkataan Ibnul ‘Arabi dan Iyadh yang menyatakan bahwa riwayat ini semuanya
palsu dan tidak bersumber, tidaklah serta dapat dijadikan pedoman.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar