Al-Hajj ayat 52

04.00

 

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Hajj : 52)

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir dan Ibnul Mundzir dengan sanad yang shahih yang bersumber dari Sa’id bin Jubair. Diriwayatkan pula oleh Al-Bazzar dan Ibnu Marduwaih melalui jalan lain dari Sa’id bin Jubair yang bersumber dari Ibnu Abbas : bahwa ketika Nabi SAW di Mekah membaca surat “wannajmi idza hawa” dan sampai dengan ayat : ‘afara aitumul lata wal ‘uzza wa manata tsalitsatal ukhra”, setan menyelipkan pada lidahnya : “Tilkal ghaniqul ‘ula wa inna syafa’atuhunna laturtaja”. Berkatalah kaum Musyrikin: “Dia belum pernah menyebut-nyebut dan menuji Tuhan kita sebelum ini”. Setelah Nabi sampai pada bacaan ayat sajdah, maka sujudlah ia dan mereka pun mengikutinya. Maka turunlah ayat ini (surah Al Hajj ayat 52) sebagai penegasan bahwa setan selalu berusaha membelokkan yang ditugaskan kepada para Rasul dan Nabi, tapi Allah melindunginya dari gangguan setan.

Keterangan:

Menurut Al-Bazzar riwayat-riwayat yang menyebutkan, “gharaniqul ‘ula” tidak ada yang muttasil (yang sampai kepada Nabi), kecuali sanad yang ia riwayatkan. Bersambungnya riwayat ini melalui rawi tunggal, yaitu Umayyah bin Khalid dan ia termasuk rawi yang dapat dipercaya dan masyhur. Pendapat ini menjadi pegangan As-Sayhuthi.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Ibnu Abbas dengan sanad yang rawinya antara lain Al-Waqidi, Ibnu Marduwaih dari Al-Kalbi dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari Al-Ufi yang bersumber dari Ibnu Ibnu Abbas, diriwayatkan pula oleh Ibnu Ishak dalam kitab Assirah dari Muhammad bin Ka’ab, dan Musa bin Uqbah dari dari Ibnu Syihab, dan Ibnu Jarir dari Muhammad bin Ka’ab dan Muhammad bin Qais dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari As-Suddi dengan isi riwayat yang sama dan semuanya dha’if atau munqathi, kecuali dari sumber Sa’id bin Jubair pada riwayat yang disebut pertama.

Menurut Ibnu Hajar banyak sanad dalam riwayat ini menunjukkan kisah ini mempunyai sumber, disamping itu terdapat dua sanad yang shahih tapi mursal yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, yang satu dari Az-Zuhri yang bersumber dari Abi Bakar bin Abdurrahman bin Al-Harts bin Hisyam, dan yang lainnya dari Dawud bin Hind yang bersumber dari Abil ‘Aliyah.

Adapun perkataan Ibnul ‘Arabi dan Iyadh yang menyatakan bahwa riwayat ini semuanya palsu dan tidak bersumber, tidaklah serta dapat dijadikan pedoman.


Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔